Kesal pada IAEA, Israel Sesumbar Tak Bisa Dicegah Serang Fasilitas Nuklir Iran
Senin, 06 Maret 2023 - 08:07 WIB
TEL AVIV - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sesumbar bahwa tidak ada yang bisa mencegah Israel untuk menyerang fasilitas nuklir Iran .
Pernyataan itu sebagai respons setelah Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Mariano Grossi mengatakan bahwa serangan semacam itu dilarang.
“Apakah kami dilarang membela diri?” kata Netanyahu pada rapat kabinet Israel, Minggu.
"Tentu saja, kami diizinkan, dan tentu saja, kami melakukan ini," ujarnya.
"Tidak ada yang akan mencegah kami melindungi negara kami dan mencegah penindas menghancurkan negara Yahudi," paparnya.
Pernyataan Grossi, yang membuat marah Netanyahu, muncul ketika ditanya oleh seorang reporter tentang ancaman AS dan Israel untuk menyerang Iran jika tidak setuju untuk mengekang program nuklirnya.
"Setiap serangan militer terhadap fasilitas nuklir dilarang, di luar struktur normatif yang kita semua patuhi," kata Grossi pada jumpa pers di Teheran setelah bertemu dengan para pemimpin Iran.
Prinsip itu berlaku untuk semua fasilitas nuklir, termasuk fasilitas atom terbesar di Eropa di Zaporizhzhia.
Netanyahu mengatakan larangan seperti itu tidak berlaku untuk Israel. “Rafael Grossi adalah orang yang layak yang membuat pernyataan tidak layak,” katanya.
“Dilarang oleh hukum apa? Apakah Iran, yang secara terbuka menyerukan pemusnahan kami, diizinkan untuk melindungi senjata pemusnahnya yang akan membantai kami?” papar Netanyahu, seperti dikutip dari Russia Today, Senin (6/3/2023).
Perjalanan Grossi ke Teheran tampaknya membuahkan hasil, karena para pejabat Iran setuju untuk memulihkan akses pengawas PBB ke beberapa alat pengawasan di fasilitas nuklir negara itu.
IAEA juga diberikan peningkatan inspeksi di situs nuklir Fordo, serta kegiatan verifikasi dan pemantauan tambahan.
“Ini bukan kata-kata,” kata Grossi kepada wartawan sekembalinya ke Wina pada hari Sabtu. “Ini sangat konkret.”
Teheran membantah memiliki ambisi untuk memperoleh senjata nuklir.
Iran menandatangani kesepakatan dengan AS dan kekuatan dunia lainnya pada tahun 2015, setuju untuk memberlakukan pembatasan pada industri nuklirnya, termasuk pengayaan uranium, untuk menghilangkan kekhawatiran tentang potensi pengembangan hulu ledaknya.
Namun Washington mengingkari perjanjian itu pada tahun 2018, ketika Presiden AS saat itu Donald Trump mengatakan dia malah akan menerapkan "tekanan maksimum" melalui sanksi terhadap Iran untuk menahan program nuklirnya.
Pernyataan itu sebagai respons setelah Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Mariano Grossi mengatakan bahwa serangan semacam itu dilarang.
“Apakah kami dilarang membela diri?” kata Netanyahu pada rapat kabinet Israel, Minggu.
"Tentu saja, kami diizinkan, dan tentu saja, kami melakukan ini," ujarnya.
"Tidak ada yang akan mencegah kami melindungi negara kami dan mencegah penindas menghancurkan negara Yahudi," paparnya.
Pernyataan Grossi, yang membuat marah Netanyahu, muncul ketika ditanya oleh seorang reporter tentang ancaman AS dan Israel untuk menyerang Iran jika tidak setuju untuk mengekang program nuklirnya.
"Setiap serangan militer terhadap fasilitas nuklir dilarang, di luar struktur normatif yang kita semua patuhi," kata Grossi pada jumpa pers di Teheran setelah bertemu dengan para pemimpin Iran.
Prinsip itu berlaku untuk semua fasilitas nuklir, termasuk fasilitas atom terbesar di Eropa di Zaporizhzhia.
Netanyahu mengatakan larangan seperti itu tidak berlaku untuk Israel. “Rafael Grossi adalah orang yang layak yang membuat pernyataan tidak layak,” katanya.
“Dilarang oleh hukum apa? Apakah Iran, yang secara terbuka menyerukan pemusnahan kami, diizinkan untuk melindungi senjata pemusnahnya yang akan membantai kami?” papar Netanyahu, seperti dikutip dari Russia Today, Senin (6/3/2023).
Perjalanan Grossi ke Teheran tampaknya membuahkan hasil, karena para pejabat Iran setuju untuk memulihkan akses pengawas PBB ke beberapa alat pengawasan di fasilitas nuklir negara itu.
IAEA juga diberikan peningkatan inspeksi di situs nuklir Fordo, serta kegiatan verifikasi dan pemantauan tambahan.
“Ini bukan kata-kata,” kata Grossi kepada wartawan sekembalinya ke Wina pada hari Sabtu. “Ini sangat konkret.”
Teheran membantah memiliki ambisi untuk memperoleh senjata nuklir.
Iran menandatangani kesepakatan dengan AS dan kekuatan dunia lainnya pada tahun 2015, setuju untuk memberlakukan pembatasan pada industri nuklirnya, termasuk pengayaan uranium, untuk menghilangkan kekhawatiran tentang potensi pengembangan hulu ledaknya.
Namun Washington mengingkari perjanjian itu pada tahun 2018, ketika Presiden AS saat itu Donald Trump mengatakan dia malah akan menerapkan "tekanan maksimum" melalui sanksi terhadap Iran untuk menahan program nuklirnya.
(min)
tulis komentar anda