Setahun Perang Rusia-Ukraina: AS Beri Moskow Sanksi Baru, Bantuan Militer untuk Kiev
Sabtu, 25 Februari 2023 - 20:30 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mendandai satu tahun invasi Rusia ke Ukraina dengan mengumumkan sanksi baru untuk Moskow dan bantuan militer baru buat Kiev.
Sanksi baru AS menargetkan lebih dari 100 entitas baik di Rusia maupun di seluruh dunia, termasuk bank dan pemasok peralatan pertahanan.
Secara khusus, AS mengatakan ingin menghentikan mereka yang membantu Rusia mengeksploitasi celah untuk mendapatkan materi yang disetujui.
Di sisi lain, AS menggelontorkan USD2 miliar atau sekitar Rp30,5 triliun untuk bantuan militer terbaru buat Ukraina.
Sebanyak USD550 (Rp8,3 triliun) lebih lanjut akan dipasok ke Ukraina dan tetangga Moldova untuk memperkuat infrastruktur energi mereka.
"Suatu tahun kemudian, komitmen Amerika Serikat, bersama dengan sekitar 50 negara yang bersatu untuk terburu -buru membutuhkan bantuan ke Ukraina, hanya menguat," kata Departemen Pertahanan AS seperti dikutip dari BBC, Sabtu (25/2/2023).
Dalam siaran pers, Gedung Putih mengatakan langkah -langkah baru itu dirancang untuk mengganggu lembaga keuangan, pejabat, dan otoritas Rusia dari beroperasi secara tidak sah di Ukraina.
Itu terjadi empat hari setelah Presiden AS Joe Biden melakukan kunjungan kejutan ke Kiev, di mana ia mengadakan pembicaraan dengan rekannya di Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Dalam putaran bantuan terbarunya, pemerintah AS akan menyediakan Ukraina dengan sistem drone baru, sistem roket mobilitas tinggi, amunisi untuk sistem artileri dan perlengkapan komunikasi.
Gedung Putih juga akan menyediakan Moldova, yang berbatasan dengan Ukraina dan sangat bergantung pada gas Rusia, dengan USD300 juta (Rp4,5 triliun) untuk membantu meningkatkan pembangkit listriknya.
Moldova adalah negara termiskin di Eropa dan telah sangat dipengaruhi oleh perang. Para pemimpinnya telah memperingatkan selama beberapa minggu bahwa Rusia merencanakan untuk merebut kekuasaan.
Awal pekan ini AS mengatakan China sedang mempertimbangkan untuk memasok senjata mematikan ke Rusia. Mereka juga mengklaim perusahaan Cina telah memasok teknologi ganda yang tidak mematikan-barang-barang yang dapat memiliki penggunaan sipil dan militer, seperti drone dan semi-konduktor.
Namun China sangat membantah tuduhan itu.
Sanksi baru AS menargetkan lebih dari 100 entitas baik di Rusia maupun di seluruh dunia, termasuk bank dan pemasok peralatan pertahanan.
Secara khusus, AS mengatakan ingin menghentikan mereka yang membantu Rusia mengeksploitasi celah untuk mendapatkan materi yang disetujui.
Di sisi lain, AS menggelontorkan USD2 miliar atau sekitar Rp30,5 triliun untuk bantuan militer terbaru buat Ukraina.
Sebanyak USD550 (Rp8,3 triliun) lebih lanjut akan dipasok ke Ukraina dan tetangga Moldova untuk memperkuat infrastruktur energi mereka.
"Suatu tahun kemudian, komitmen Amerika Serikat, bersama dengan sekitar 50 negara yang bersatu untuk terburu -buru membutuhkan bantuan ke Ukraina, hanya menguat," kata Departemen Pertahanan AS seperti dikutip dari BBC, Sabtu (25/2/2023).
Dalam siaran pers, Gedung Putih mengatakan langkah -langkah baru itu dirancang untuk mengganggu lembaga keuangan, pejabat, dan otoritas Rusia dari beroperasi secara tidak sah di Ukraina.
Itu terjadi empat hari setelah Presiden AS Joe Biden melakukan kunjungan kejutan ke Kiev, di mana ia mengadakan pembicaraan dengan rekannya di Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Dalam putaran bantuan terbarunya, pemerintah AS akan menyediakan Ukraina dengan sistem drone baru, sistem roket mobilitas tinggi, amunisi untuk sistem artileri dan perlengkapan komunikasi.
Gedung Putih juga akan menyediakan Moldova, yang berbatasan dengan Ukraina dan sangat bergantung pada gas Rusia, dengan USD300 juta (Rp4,5 triliun) untuk membantu meningkatkan pembangkit listriknya.
Moldova adalah negara termiskin di Eropa dan telah sangat dipengaruhi oleh perang. Para pemimpinnya telah memperingatkan selama beberapa minggu bahwa Rusia merencanakan untuk merebut kekuasaan.
Awal pekan ini AS mengatakan China sedang mempertimbangkan untuk memasok senjata mematikan ke Rusia. Mereka juga mengklaim perusahaan Cina telah memasok teknologi ganda yang tidak mematikan-barang-barang yang dapat memiliki penggunaan sipil dan militer, seperti drone dan semi-konduktor.
Namun China sangat membantah tuduhan itu.
Baca Juga
(ian)
tulis komentar anda