Eks Jenderal Rusia: Tak Perlu Takut Gunakan Senjata Nuklir, Kami Harus Menang
Kamis, 09 Februari 2023 - 15:13 WIB
Doktrin Rusia menyerukan penggunaan senjata nuklir terhadap ancaman yang membahayakan keberadaan negara, meskipun hal ini tidak didefinisikan dengan jelas.
Momok senjata nuklir telah membayangi perang sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, dengan retorika tentang kemampuan Rusia menjadi fitur reguler televisi negara Rusia.
Namun, para analis meremehkan prospek Moskow menggunakan senjata nuklir, sebagian karena mereka tidak akan memberikan keuntungan apa pun bagi Putin. Sementara itu, pejabat intelijen AS menganggap ancaman nuklir telah mereda—setidaknya untuk saat ini.
Menurut laporan New York Times, ancaman itu mereda karena medan perang yang lebih stabil, peringatan dari Beijing dan komunikasi yang lebih baik antara Moskow dan Washington.
Namun pekan lalu, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengemukakan gagasan bahwa Moskow dapat menggunakan senjata nuklir jika Ukraina mencoba merebut kembali Crimea, semenanjung yang bergabung dengan Federasi Rusia sejak 2014 melalui referendum. Ukraina dan sekutu Barat-nya tidak mengakui referendum itu dan menganggap Moskow menganeksasi Crimea.
Medevedev, yang saat ini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, mengatakan kepada seorang jurnalis Rusia dalam sebuah wawancara yang diterbitkan di Telegram bahwa setiap serangan Ukraina di Crimea akan ditanggapi dengan "serangan pembalasan".
"Kremlin siap mengerahkan semua jenis senjata, termasuk nuklir, tergantung pada sifat ancaman," katanya.
Momok senjata nuklir telah membayangi perang sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, dengan retorika tentang kemampuan Rusia menjadi fitur reguler televisi negara Rusia.
Namun, para analis meremehkan prospek Moskow menggunakan senjata nuklir, sebagian karena mereka tidak akan memberikan keuntungan apa pun bagi Putin. Sementara itu, pejabat intelijen AS menganggap ancaman nuklir telah mereda—setidaknya untuk saat ini.
Menurut laporan New York Times, ancaman itu mereda karena medan perang yang lebih stabil, peringatan dari Beijing dan komunikasi yang lebih baik antara Moskow dan Washington.
Namun pekan lalu, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengemukakan gagasan bahwa Moskow dapat menggunakan senjata nuklir jika Ukraina mencoba merebut kembali Crimea, semenanjung yang bergabung dengan Federasi Rusia sejak 2014 melalui referendum. Ukraina dan sekutu Barat-nya tidak mengakui referendum itu dan menganggap Moskow menganeksasi Crimea.
Medevedev, yang saat ini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, mengatakan kepada seorang jurnalis Rusia dalam sebuah wawancara yang diterbitkan di Telegram bahwa setiap serangan Ukraina di Crimea akan ditanggapi dengan "serangan pembalasan".
"Kremlin siap mengerahkan semua jenis senjata, termasuk nuklir, tergantung pada sifat ancaman," katanya.
(min)
tulis komentar anda