Bos NATO Ungkap Besarnya Pendanaan untuk Ukraina, Capai Rp1.816 Triliun
Kamis, 09 Februari 2023 - 07:12 WIB
WASHINGTON - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyatakan blok militer itu telah mengirimi pemerintah Ukraina lebih dari seratus miliar dolar selama setahun terakhir.
Pernyataan itu muncul pada Rabu (8/2/2023) dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Washington.
“Sejak Februari lalu, NATO telah memberikan dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada Ukraina, sekitar USD120 miliar (Rp1.816 triliun) dalam bantuan militer, kemanusiaan dan keuangan," ujar Stoltenberg kepada wartawan di Departemen Luar Negeri.
Dia menjelaskan, “Sementara AS telah memainkan “peran yang sangat diperlukan, Kanada dan anggota Eropa telah memberikan kontribusi lebih dari setengah dari keseluruhan bantuan, termasuk tank, sistem pertahanan udara canggih dan senjata lainnya.”
Menurut Blinken, AS telah menyumbangkan bantuan militer senilai "hampir USD30 miliar", sementara anggota NATO lainnya memberikan USD13 miliar, serta "puluhan miliar lebih dalam dukungan kemanusiaan dan ekonomi."
Blinken juga mengatakan "memiringkan medan perang demi kepentingan Ukraina" adalah kunci penyelesaian diplomatik akhir dari konflik tersebut.
Setelah acara pers bersama mereka, Stoltenberg dan Blinken pergi untuk bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, dengan agenda lebih banyak dana untuk Ukraina.
Pada Desember, Kementerian Pertahanan Rusia memperkirakan kolektif Barat telah memberi Ukraina senjata, amunisi, dan perbekalan senilai USD97 miliar.
Moskow telah berulang kali memperingatkan Barat bahwa mempersenjatai Ukraina hanya akan memperpanjang konflik dan berisiko menimbulkan konfrontasi langsung.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022, mengutip kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk untuk perdamaian di Donbass dan bersikeras tetangganya berjanji untuk tidak pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun.
Para pemimpin Ukraina, Jerman, dan Prancis sejak itu mengakui negosiasi Minsk adalah taktik untuk memberi Ukraina waktu untuk mempersiapkan perang dengan Rusia.
Meskipun beberapa pejabat Barat secara terbuka mengatakan Ukraina berjuang untuk "nilai-nilai" dan tatanan dunia mereka.
Menteri pertahanan Ukraina sendiri mengatakan Kiev sedang menjalankan misi NATO. AS dan NATO mempertahankan bahwa mereka secara teknis bukan peserta dalam konflik tersebut.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
Pernyataan itu muncul pada Rabu (8/2/2023) dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Washington.
“Sejak Februari lalu, NATO telah memberikan dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada Ukraina, sekitar USD120 miliar (Rp1.816 triliun) dalam bantuan militer, kemanusiaan dan keuangan," ujar Stoltenberg kepada wartawan di Departemen Luar Negeri.
Dia menjelaskan, “Sementara AS telah memainkan “peran yang sangat diperlukan, Kanada dan anggota Eropa telah memberikan kontribusi lebih dari setengah dari keseluruhan bantuan, termasuk tank, sistem pertahanan udara canggih dan senjata lainnya.”
Baca Juga
Menurut Blinken, AS telah menyumbangkan bantuan militer senilai "hampir USD30 miliar", sementara anggota NATO lainnya memberikan USD13 miliar, serta "puluhan miliar lebih dalam dukungan kemanusiaan dan ekonomi."
Blinken juga mengatakan "memiringkan medan perang demi kepentingan Ukraina" adalah kunci penyelesaian diplomatik akhir dari konflik tersebut.
Setelah acara pers bersama mereka, Stoltenberg dan Blinken pergi untuk bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, dengan agenda lebih banyak dana untuk Ukraina.
Pada Desember, Kementerian Pertahanan Rusia memperkirakan kolektif Barat telah memberi Ukraina senjata, amunisi, dan perbekalan senilai USD97 miliar.
Moskow telah berulang kali memperingatkan Barat bahwa mempersenjatai Ukraina hanya akan memperpanjang konflik dan berisiko menimbulkan konfrontasi langsung.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022, mengutip kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk untuk perdamaian di Donbass dan bersikeras tetangganya berjanji untuk tidak pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun.
Para pemimpin Ukraina, Jerman, dan Prancis sejak itu mengakui negosiasi Minsk adalah taktik untuk memberi Ukraina waktu untuk mempersiapkan perang dengan Rusia.
Meskipun beberapa pejabat Barat secara terbuka mengatakan Ukraina berjuang untuk "nilai-nilai" dan tatanan dunia mereka.
Menteri pertahanan Ukraina sendiri mengatakan Kiev sedang menjalankan misi NATO. AS dan NATO mempertahankan bahwa mereka secara teknis bukan peserta dalam konflik tersebut.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
(sya)
tulis komentar anda