Rasmus Paludan Bakar 2 Al-Qur'an di Depan Masjid Kedutaan Turki, Ankara Marah
Sabtu, 28 Januari 2023 - 12:42 WIB
KOPENHAGEN - Ankara marah setelah politisi anti-Islam, Rasmus Paludan , membakar dua salinan Al-Qur'an di depan masjid Kedutaan Turki di Kopenhagen, Denmark, pada hari Jumat.
Kementerian Luar Negeri Turki memanggil duta besar Denmark di Ankara, menuduh Denmark mendukung kejahatan kebencian karena membiarkan tindakan Paludan.
Pemimpin Partai Stram Kurs yang berkewarganegaraan Denmark dan Swedia ini sebelumnya telah membuat marah Turki dengan aksi membakar salinan Al-Qur'an di Swedia pada 21 Januari pekan lalu.
Dalam aksi terbarunya kemarin, Paludanmengancam melanjutkan aksi serupa setiap hari Jumat sampai Swedia diterima sebagai anggota NATO.
Suara keras menggelegar dari masjid saat Paludan berbicara, tampaknya berusaha untuk menenggelamkan kata-kata politisi anti-Islam tersebut.
“Masjid ini tidak punya tempat di Denmark,” kata Paludan dalam siaran langsung di halaman Facebooknya, mengenakan helm pelindung dan dikelilingi polisi antihuru-hara.
Paludan yang mendapat perlindungan polisi itu kemudian digiring dengan mobil polisi.
Belakangan, di depan Kedutaan Besar Turki, Paludan berkata melalui pengeras suara: “Begitu dia (Erdogan) membiarkan Swedia bergabung dengan NATO, saya berjanji tidak akan membakar Al-Qur'an di luar Kedutaan Besar Turki. Jika tidak, saya akan melakukannya setiap hari Jumat pukul 14.00 siang.”
Swedia dan Finlandia yang bertetangga berusaha untuk bergabung dengan aliansi militer pimpinan Amerika Serikat (AS) itu di tengah perang Rusia di Ukraina.
Tetapi aksesi mereka memerlukan persetujuan dari semua anggota NATO, dan Turki telah mengindikasikan akan memblokir pengajuan Swedia-–sebagian karena aksi awal Paludan.
Bahkan sebelum itu, Ankara menekan kedua negara untuk menindak militan Kurdi dan kelompok lain yang dianggap teroris oleh Ankara.
Kantor berita Anadolu milik pemerintah Turki mengatakan duta besar Denmark dipanggil ke Kementerian Luar Negeri Turki di mana para pejabat Ankara mengecam keras izin yang diberikan untuk tindakan provokatif Paludan yang jelas merupakan kejahatan rasial.
"Duta besar diberitahu bahwa sikap Denmark tidak dapat diterima dan bahwa Turki mengharapkan izin dicabut," tulis Anadolu.
Kementerian Luar Negeri Turki kemudian mengeluarkan pernyataan yang menyebut Paludan sebagai "penipu dan pembenci Islam" dan menyesalkan fakta bahwa dia diizinkan untuk melakukan demonstrasi provokatif.
“Menunjukkan toleransi terhadap tindakan keji yang menyinggung kepekaan jutaan orang yang tinggal di Eropa mengancam praktik hidup berdampingan secara damai dan memprovokasi serangan rasis, xenofobia, dan anti-Muslim,” kata kementerian tersebut.
Menteri Luar Negeri Denmark Lars Løkke Rasmussen mengatakan kepada media Denmark bahwa insiden itu tidak akan mengubah "hubungan baik" Denmark dengan Turki, menambahkan bahwa Kopenhagen bermaksud untuk berbicara dengan Ankara tentang undang-undang Denmark yang menegakkan kebebasan.
“Tugas kami sekarang adalah berbicara dengan Turki tentang bagaimana kondisi di Denmark dengan demokrasi terbuka kami, dan bahwa ada perbedaan antara Denmark sebagai sebuah negara—dan rakyat kami—dan kemudian tentang orang-orang individual yang memiliki pandangan yang sangat berbeda," kata Løkke Rasmussen.
Setelah aksi Paludan di Swedia pekan lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan Stockholm untuk tidak mengharapkan dukungan untuk tawaran NATO-nya. Turki juga menunda pertemuan penting di Brussels tanpa batas waktu yang akan membahas keanggotaan Swedia dan Finlandia.
Kementerian Luar Negeri Turki memanggil duta besar Denmark di Ankara, menuduh Denmark mendukung kejahatan kebencian karena membiarkan tindakan Paludan.
Pemimpin Partai Stram Kurs yang berkewarganegaraan Denmark dan Swedia ini sebelumnya telah membuat marah Turki dengan aksi membakar salinan Al-Qur'an di Swedia pada 21 Januari pekan lalu.
Baca Juga
Dalam aksi terbarunya kemarin, Paludanmengancam melanjutkan aksi serupa setiap hari Jumat sampai Swedia diterima sebagai anggota NATO.
Suara keras menggelegar dari masjid saat Paludan berbicara, tampaknya berusaha untuk menenggelamkan kata-kata politisi anti-Islam tersebut.
“Masjid ini tidak punya tempat di Denmark,” kata Paludan dalam siaran langsung di halaman Facebooknya, mengenakan helm pelindung dan dikelilingi polisi antihuru-hara.
Paludan yang mendapat perlindungan polisi itu kemudian digiring dengan mobil polisi.
Belakangan, di depan Kedutaan Besar Turki, Paludan berkata melalui pengeras suara: “Begitu dia (Erdogan) membiarkan Swedia bergabung dengan NATO, saya berjanji tidak akan membakar Al-Qur'an di luar Kedutaan Besar Turki. Jika tidak, saya akan melakukannya setiap hari Jumat pukul 14.00 siang.”
Swedia dan Finlandia yang bertetangga berusaha untuk bergabung dengan aliansi militer pimpinan Amerika Serikat (AS) itu di tengah perang Rusia di Ukraina.
Tetapi aksesi mereka memerlukan persetujuan dari semua anggota NATO, dan Turki telah mengindikasikan akan memblokir pengajuan Swedia-–sebagian karena aksi awal Paludan.
Bahkan sebelum itu, Ankara menekan kedua negara untuk menindak militan Kurdi dan kelompok lain yang dianggap teroris oleh Ankara.
Kantor berita Anadolu milik pemerintah Turki mengatakan duta besar Denmark dipanggil ke Kementerian Luar Negeri Turki di mana para pejabat Ankara mengecam keras izin yang diberikan untuk tindakan provokatif Paludan yang jelas merupakan kejahatan rasial.
"Duta besar diberitahu bahwa sikap Denmark tidak dapat diterima dan bahwa Turki mengharapkan izin dicabut," tulis Anadolu.
Kementerian Luar Negeri Turki kemudian mengeluarkan pernyataan yang menyebut Paludan sebagai "penipu dan pembenci Islam" dan menyesalkan fakta bahwa dia diizinkan untuk melakukan demonstrasi provokatif.
“Menunjukkan toleransi terhadap tindakan keji yang menyinggung kepekaan jutaan orang yang tinggal di Eropa mengancam praktik hidup berdampingan secara damai dan memprovokasi serangan rasis, xenofobia, dan anti-Muslim,” kata kementerian tersebut.
Menteri Luar Negeri Denmark Lars Løkke Rasmussen mengatakan kepada media Denmark bahwa insiden itu tidak akan mengubah "hubungan baik" Denmark dengan Turki, menambahkan bahwa Kopenhagen bermaksud untuk berbicara dengan Ankara tentang undang-undang Denmark yang menegakkan kebebasan.
“Tugas kami sekarang adalah berbicara dengan Turki tentang bagaimana kondisi di Denmark dengan demokrasi terbuka kami, dan bahwa ada perbedaan antara Denmark sebagai sebuah negara—dan rakyat kami—dan kemudian tentang orang-orang individual yang memiliki pandangan yang sangat berbeda," kata Løkke Rasmussen.
Setelah aksi Paludan di Swedia pekan lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan Stockholm untuk tidak mengharapkan dukungan untuk tawaran NATO-nya. Turki juga menunda pertemuan penting di Brussels tanpa batas waktu yang akan membahas keanggotaan Swedia dan Finlandia.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda