Bocah 10 Tahun Dihamili Ayah Tiri Picu Kemarahan di Paraguay
A
A
A
ASUNCION - Kasus seorang bocah perempuan berusia 10 tahun yang diperkosa hingga hamil oleh ayah tirinya memicu kemarahan besar di Paraguay. Massa berdemo dan menteri kesehatan setempat telah mencegah bocah perempuan itu melakukan aborsi.
Gadis kecil itu telah dirawat di rumah sakit sejak bulan lalu. Dokter semula menduga dia mengidap tumor. Namun, setelah dilakukan tes medis terungkap bahwa, gadis kecil itu hamil setelah diperkosa ayah tirinya.
Ibu gadis kecil itu telah ditangkap karena membantu pasangannya, Gilberto Benitez Zarate (tersangka) melarikan diri dari kejaran pihak berwenang. Benitez Zarate, 42, kini jadi target perburuan besar-besaran di Paraguay.
Kasus itu juga disorot badan PBB untuk urusan anak-anak, UNICEF. ”Di Paraguay, setiap hari dua gadis berusia antara 10 dan 14 melakukan persalinan. Kasus-kasus ini adalah konsekuensi dari pelecehan seksual, dan dalam kebanyakan situasi, pelecehan seksual berulang-ulang, di mana korban belum menerima perlindungan yang tepat,” kata Andrea Cid, petugas UNICEF, seperti dilansir IB Times, Kamis (7/5/2015).
”Remaja putri yang tidak menerima perhatian yang memadai. Ini adalah perhatian kami dan kami berharap bahwa dalam kasus ini ada langkah-langkah efektif yang akan diambil untuk melindungi mereka dari kekerasan dalam keluarga,” lanjut dia.
Kasus gadis kecil itu juga telah memicu perdebatan baru tentang kebijakan aborsi di Paraguay, di mana konstitusi melarang aborsi kecuali kehidupan si ibu berada dalam kondisi bahaya.
Gadis kecil itu telah dirawat di rumah sakit sejak bulan lalu. Dokter semula menduga dia mengidap tumor. Namun, setelah dilakukan tes medis terungkap bahwa, gadis kecil itu hamil setelah diperkosa ayah tirinya.
Ibu gadis kecil itu telah ditangkap karena membantu pasangannya, Gilberto Benitez Zarate (tersangka) melarikan diri dari kejaran pihak berwenang. Benitez Zarate, 42, kini jadi target perburuan besar-besaran di Paraguay.
Kasus itu juga disorot badan PBB untuk urusan anak-anak, UNICEF. ”Di Paraguay, setiap hari dua gadis berusia antara 10 dan 14 melakukan persalinan. Kasus-kasus ini adalah konsekuensi dari pelecehan seksual, dan dalam kebanyakan situasi, pelecehan seksual berulang-ulang, di mana korban belum menerima perlindungan yang tepat,” kata Andrea Cid, petugas UNICEF, seperti dilansir IB Times, Kamis (7/5/2015).
”Remaja putri yang tidak menerima perhatian yang memadai. Ini adalah perhatian kami dan kami berharap bahwa dalam kasus ini ada langkah-langkah efektif yang akan diambil untuk melindungi mereka dari kekerasan dalam keluarga,” lanjut dia.
Kasus gadis kecil itu juga telah memicu perdebatan baru tentang kebijakan aborsi di Paraguay, di mana konstitusi melarang aborsi kecuali kehidupan si ibu berada dalam kondisi bahaya.
(mas)