PBB Khawatir Terjadi Pembantaian di Kamp Yarmouk
A
A
A
YARMOUK - PBB mengkhawatirkan terjadi pembantaian di kamp pengungsi Palestina yang terletak di Yarmouk, Suriah. Di kamp itu, sekitar 180.000 pengungsi Palestina terperangkap dalam perang antara pemberontak Suriah dengan Militan Islamic of State Iraq and Syria (ISIS).
Pemberontak Suriah yang dibantu pengungsi Palestina tak lagi bisa membendung serangan ISIS. Akibatnya, sejak pekan lalu, hampir 90 persen wilayah kamp pengungsi Yarmouk telah dikuasai oleh ISIS.
Militan ISIS dilaporkan telah melakukan sejumlah pembunuhan terhadap warga Palestina yang sudah menetap di kamp pengungsian itu sejak 2011 lalu. "Kebiadaban di Yarmouk telah mencapai tingkat yang tak terbayangkan," ujar Chris Gunness, juru bicara Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA).
"Situasi ini benar-benar membuat putus asa. Kita harus segera memiliki akses untuk bantuan kemanusiaan. Itulah sebabnya mengapa UNRWA menyerukan pada semua pihak yang mempunyai pengaruh untuk menggunakan kekuasaannya agar kami bisa masuk ke kamp itu,” lanjutnya, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (8/4/2015).
Menurutnya, sejak tensi pertempuran meningkat satu pekan lalu, konvoi bantuan UNRWA belum bisa masuk ke kamp tersebut. Hal ini menyebabkan puluhan ribu orang hidup tanpa air, makanan, dan obat-obatan. Belum lagi ancaman pembunuhan dari militan ISIS terhadap para pengungsi Palestina, kian meningkatkan potensi kematian di kamp tersebut.
“Kita menghadapi kemungkinan pembantaian orang-orang tak berdosa di kamp Yarmouk. Dunia tak hanya bisa diam berdiri menyaksikan kondisi ini,” lanjutnya.
Pemberontak Suriah yang dibantu pengungsi Palestina tak lagi bisa membendung serangan ISIS. Akibatnya, sejak pekan lalu, hampir 90 persen wilayah kamp pengungsi Yarmouk telah dikuasai oleh ISIS.
Militan ISIS dilaporkan telah melakukan sejumlah pembunuhan terhadap warga Palestina yang sudah menetap di kamp pengungsian itu sejak 2011 lalu. "Kebiadaban di Yarmouk telah mencapai tingkat yang tak terbayangkan," ujar Chris Gunness, juru bicara Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA).
"Situasi ini benar-benar membuat putus asa. Kita harus segera memiliki akses untuk bantuan kemanusiaan. Itulah sebabnya mengapa UNRWA menyerukan pada semua pihak yang mempunyai pengaruh untuk menggunakan kekuasaannya agar kami bisa masuk ke kamp itu,” lanjutnya, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (8/4/2015).
Menurutnya, sejak tensi pertempuran meningkat satu pekan lalu, konvoi bantuan UNRWA belum bisa masuk ke kamp tersebut. Hal ini menyebabkan puluhan ribu orang hidup tanpa air, makanan, dan obat-obatan. Belum lagi ancaman pembunuhan dari militan ISIS terhadap para pengungsi Palestina, kian meningkatkan potensi kematian di kamp tersebut.
“Kita menghadapi kemungkinan pembantaian orang-orang tak berdosa di kamp Yarmouk. Dunia tak hanya bisa diam berdiri menyaksikan kondisi ini,” lanjutnya.
(esn)