Bela Nabi, Ribuan Muslim Inggris Protes Charlie Hebdo
A
A
A
LONDON - Ribuan Muslim di Inggris turun ke jalan untuk memprotes majalah Charlie Hebdo yang menerbitkan kartun Nabi Muhammad. Menurut mereka, kebebasan berbicara yang dianut majalah satire Prancis itu tidak bisa digunakan untuk menghina iman orang lain.
Sebagian demonstran yang membela Nabi Muhammad beraksi dengan mengerumuni patung Field Marshal Bernard Montgomery dan Viscount Alanbrooke. Sosok-sosok yang diabadikan dalam bentuk patung itu merupakan pahlwan besar Inggris dalam perang melawan rezim Nazi di masa silam.
Para demonstran juga mengutip pernyataan pemimpin Vatikan, Paus Fransiskus, bahwa dia akan memukul seseorang jika orang tersebut menyinggung ibunya. Pernyataan Paus itu diserukan ulang para demonstran, bahwa mereka akan beraksi jika Nabi Muhammad dilecehkan.
Selama demo, koordinator aksi memisahkan kelompok demonstran pria dan wanita. Meski memprotes keras penerbitan kartun Nabi Muhammad, para demonstran juga mengecam serangan berdarah di kantor majalah Charlie Hebdo dan di supermarket di Paris. Serangan mematikan seperti itu dianggap tidak mencerminkan ajaran Islam.
“Kesalahan para ekstremis, baik oleh pembunuh berdarah dingin atau ekspresionis tidak beradab, tidak bisa jalan ke depan untuk masyarakat yang beradab,” kata Syaikh Tauqir Ishaq, koordinator aksi, sebagaimana dilansir Daily Mail, Senin (9/2/2015).
“Mayoritas orang yang cinta damai terpaksa menjadi riuh dalam mempromosikan kesopanan global dan kebebasan berbicara yang bertanggung jawab. Pada saat terjadi ketegangan dan emosi seperti ini, sangat penting bahwa kedua belah pihak menahan diri untuk mencegah insiden lebih lanjut,” lanjut dia.
Sebagian demonstran yang membela Nabi Muhammad beraksi dengan mengerumuni patung Field Marshal Bernard Montgomery dan Viscount Alanbrooke. Sosok-sosok yang diabadikan dalam bentuk patung itu merupakan pahlwan besar Inggris dalam perang melawan rezim Nazi di masa silam.
Para demonstran juga mengutip pernyataan pemimpin Vatikan, Paus Fransiskus, bahwa dia akan memukul seseorang jika orang tersebut menyinggung ibunya. Pernyataan Paus itu diserukan ulang para demonstran, bahwa mereka akan beraksi jika Nabi Muhammad dilecehkan.
Selama demo, koordinator aksi memisahkan kelompok demonstran pria dan wanita. Meski memprotes keras penerbitan kartun Nabi Muhammad, para demonstran juga mengecam serangan berdarah di kantor majalah Charlie Hebdo dan di supermarket di Paris. Serangan mematikan seperti itu dianggap tidak mencerminkan ajaran Islam.
“Kesalahan para ekstremis, baik oleh pembunuh berdarah dingin atau ekspresionis tidak beradab, tidak bisa jalan ke depan untuk masyarakat yang beradab,” kata Syaikh Tauqir Ishaq, koordinator aksi, sebagaimana dilansir Daily Mail, Senin (9/2/2015).
“Mayoritas orang yang cinta damai terpaksa menjadi riuh dalam mempromosikan kesopanan global dan kebebasan berbicara yang bertanggung jawab. Pada saat terjadi ketegangan dan emosi seperti ini, sangat penting bahwa kedua belah pihak menahan diri untuk mencegah insiden lebih lanjut,” lanjut dia.
(mas)