Kisah Presiden Turki Sewot dengan Perokok di Kafe

Selasa, 04 November 2014 - 11:31 WIB
Kisah Presiden Turki...
Kisah Presiden Turki Sewot dengan Perokok di Kafe
A A A
ISTANBUL - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dikenal sebagai pemimpin pembenci tembakau. Dia pun sewot bukan kepalang ketika melihat pria merokok santai di sebuah kafe di Esenler, Istanbul.

Ihwal Presiden Turki terpancing emosinya gara-gara perokok itu terjadi Minggu lalu, usai dia berpidato di Istanbul. Usai pidato, Erdogan yang sebelumnya menjabat Perdana Menteri Turki itu, mengunjungi sebuah jalan di Esenler.

Secara spontan, Erdogan tiba-tiba melambaikan tangannya ke arah kafe. Semula, banyak orang mengira dia melambaikan tangannya kepada seorang simpatisannya.

Tapi, perkiraan itu salah. Lambaian tangan Presiden Erdogan ternyata sebagai peringatan terhadap orang yang merokok di lantai dua sebuah kafe di kota itu. Erdogan yang menghentikan langkahnya, menggoyangkan jarinya ke arah pria perokok itu. Dia mengatakan, pria itu melanggar hukum.

”Ada hukuman untuk itu," kata Erdogan yang ditujukan kepada perokok. Dia lantas memberi isyarat kepada Wali Kota Esenler, dengan bertanya: “Di mana polisi?". Wali Kota itu tersenyum karena mengira Presiden Erdogan bercanda. Tapi, ternyata sang presiden serius dan sewot melihat perokok itu duduk santai di kafe.

”Anda tahu itu, tapi itu salah," kata Erdogan.”Dia (perokok) terang-terangan bersikap kasar,” katanya lagi.

”Orang tak tahu malu ini duduk di sana dan terus merokok bahkan setelah presiden memberitahu dia untuk tidak melakukannya,” kesal Erdogan, sebagaimana dikutip Al Arabiya, semalam. “Ini adalah bulan Muharram, demi Tuhan!" Katanya, mengacu pada sebuah bulan suci Islam.

Wali Kota di Istanbul, Kadir Topbas berusaha meredakan amarah Presiden Erdogan dengan menyarankan agar perokok itu diberikan peringatan saja untuk berjanji agar berhenti merokok. Tapi, Erdogan menolak saran itu, dan tetap memerintahkan polisi untuk mendenda pria tersebut.

Menurut laporan media Turki, polisi akhirnya mendenda pria itu sebesar 90 lira Turki atau sekitar US$40, setelah Erdogan pergi.

Pada tahun 2009, pemerintah Turki memperkenalkan hukum berupa larangan merokok di semua area publik, termasuk kafe, bar dan resotoran. Bahkan di ruang tertutup sekalipun. Gara-gara aturan itu, Erdogan sempat dikecam dan dituduh melakukan Islamisasi di negara sekuler.

Erdogan dikenal sebagai seorang pembenci tembakau. Dia pernah mengatakan, bahwa ancaman dari rokok lebih besar dari terorisme.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1208 seconds (0.1#10.140)