Referendum Skotlandia, Suara Anti-Merdeka Unggul

Jum'at, 19 September 2014 - 11:13 WIB
Referendum Skotlandia,...
Referendum Skotlandia, Suara Anti-Merdeka Unggul
A A A
GLASGOW - Suara anti-merdeka dalam referendum Skotlandia untuk sementara unggul dari suara pro-kemerdekaan.

Sekitar 12 wilayah, di antaranya seperti Clackmannanshire, Comhairle nan Eilean Siar, Orkney dan Shetland, penduduknya memilih “Tidak” atau menolak merdeka dari Inggris. Sedangkan penduduk di dua wilayah, yaknni Dundee dan Dunbartonshire memilih “Ya” atau merdeka dari Inggris.

Menurut Mirror, Jumat (19/9/2014), dari sejumlah wilayah itu, rata-rata suara “Tidak” unggul 50-an persen dibandingkan suara “Ya” yang skeitar 40-an persen. (Baca: Update Referendum, Dua Kabupaten Tolak Merdeka)

Referendum kemerdekaan yang resmi digelar Kamis kemarin merupakan referendum bersejarah, karena ada keinginan sebagian dari rakyat Skotlandia untuk merdeka setelah 307 tahun bergabung dengan Inggris.

Data di seluruh TPS di Skotlandia menunjukkan tingkat parisipasi warga Skotlandia untuk menggunakan hak pilihnya mencapai 90 persen. Pemungutan suara referendum telah ditutup pukul 21.00 waktu Skotlandia. (Baca juga: Hari Ini, Skotlandia Merdeka atau Gabung Inggris)

Politisi Inggris, bank dan pengusaha telah merapatkan barisan untuk memperingatkan bahwa Skotlandia akan mengalami kesulitan ekonomi, masalah pengangguran dan kesulitan lain jika memutuskan merdeka dari Inggris.

Para pemimpin Eropa juga telah memperingatkan bahwa jika Skotlandia merdeka, maka harus antre di barisan belakang untuk bergabung dengan Uni Eropa. Sedangkan Spanyol khawatir referendum Skotlandia semakin menginspirasi separatis di Catalonia dan Basque.

Gordon Brown, mantan Perdana Menteri Inggris, yang berasal dari Skotlandia, memilih “Tidak” untuk kemerdekaan Skotlandia. Sedangkan Alex Salmond, pemimpin pro-kemerdekaan dan Menteri Pertama tetap menyerukan warga Skotlandia untuk merdeka.

Dilema referendum juga dirasakan warga di Skotlandia. Cathy Chance,pekerja Layanan Kesehatan Nasional Inggris untuk Ibukota Skotlandia, Edinburgh, mengatakan dia akan meninggalkan Skotlandia jika merdeka. “Saya tidak ingin hidup di bawah sebuah bangsa yang nasionalis,” katanya.

Sementara itu, aktivis Roisin McLaren, lebih pro-kemerdekaan. ”Keluarga saya telah berkampanye untuk kemerdekaan untuk waktu yang sangat lama, dan itu selalu menjadi mimpi,” katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1198 seconds (0.1#10.140)