Militan Wanita Inggris Jadikan Gadis Yazidi Budak Seks ISIS
A
A
A
RAQQA - Para militan wanita asal Inggris disebut menjalankan praktik bordil, di mana para gadis Yaizidi yang diculik dijadikan budak seks para militan pria ISIS.
Para militan wanita Inggris itu membentuk kelompok khusus bernama Brigade al-Khanssaa di Raqa, Suriah. Sumber Daily Mirror menyatakan, para militan wanita Inggris itu diibaratkan polisi ultra religius yang khusus menjaga para gadis Yazidi Irak yang diculik para militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Sebanyak 3 ribu perempuan Irak telah ditangkap dalam dua minggu terakhir oleh kelompok teror yang dipimpin Abu Bakar al-Baghdadi itu.
“Perempuan-perempuan ini menggunakan interpretasi barbar yang mengatasnamakan agama untuk membenarkan tindakan mereka,” ujar sumber itu. ”Mereka percaya, bahwa para militan (ISIS) dapat menggunakan wanita-wanita Yazidi sesuka mereka, karena mereka adalah non-Muslim.”
“Ini adalah wanita Inggris yang telah naik ke puncak polisi syariah Negara Islam dan sekarang mereka bertanggung jawab atas operasi ini,” lanjut sumber itu mengacu pada ISIS yang telah ganti nama menjadi Negara Islam. ”Ini adalah tindakan aneh, yang penuh tipu muslihat,” sambung dia.
Dalam laporan yang dilansir semalam (10/9/2014), data media Inggris tersebut juga dibenarkan para peneliti di Middle East Media Research Institution atau MEMRI. Para peneliti MEMRI menegaskan, etnis Yazidi mengalami perbudakan seks yang berlangsung dalam skala besar.
“Selama pengambilalihan sebagian besar wilayah Irak utara, kelompok Negara Islam menguasai banyak desa yang dihuni etnis Yazidi. Mereka menculik banyak wanita Yazidi untuk dijual dan digunakan sebagai budak seks,” bunyi laporan MEMRI.
Para peneliti di Pusat Internasional untuk Studi Radikalisasi menyebut sekitar 60 wanita Inggris dan sekitarnya telah pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS dengan dalih berjihad. Salah satunya, Aqsa Mahmood, 20, warga Skotlandia yang meninggalkan keluarganyadi Glasgow pada November tahun lalu.
Para militan wanita Inggris itu membentuk kelompok khusus bernama Brigade al-Khanssaa di Raqa, Suriah. Sumber Daily Mirror menyatakan, para militan wanita Inggris itu diibaratkan polisi ultra religius yang khusus menjaga para gadis Yazidi Irak yang diculik para militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Sebanyak 3 ribu perempuan Irak telah ditangkap dalam dua minggu terakhir oleh kelompok teror yang dipimpin Abu Bakar al-Baghdadi itu.
“Perempuan-perempuan ini menggunakan interpretasi barbar yang mengatasnamakan agama untuk membenarkan tindakan mereka,” ujar sumber itu. ”Mereka percaya, bahwa para militan (ISIS) dapat menggunakan wanita-wanita Yazidi sesuka mereka, karena mereka adalah non-Muslim.”
“Ini adalah wanita Inggris yang telah naik ke puncak polisi syariah Negara Islam dan sekarang mereka bertanggung jawab atas operasi ini,” lanjut sumber itu mengacu pada ISIS yang telah ganti nama menjadi Negara Islam. ”Ini adalah tindakan aneh, yang penuh tipu muslihat,” sambung dia.
Dalam laporan yang dilansir semalam (10/9/2014), data media Inggris tersebut juga dibenarkan para peneliti di Middle East Media Research Institution atau MEMRI. Para peneliti MEMRI menegaskan, etnis Yazidi mengalami perbudakan seks yang berlangsung dalam skala besar.
“Selama pengambilalihan sebagian besar wilayah Irak utara, kelompok Negara Islam menguasai banyak desa yang dihuni etnis Yazidi. Mereka menculik banyak wanita Yazidi untuk dijual dan digunakan sebagai budak seks,” bunyi laporan MEMRI.
Para peneliti di Pusat Internasional untuk Studi Radikalisasi menyebut sekitar 60 wanita Inggris dan sekitarnya telah pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS dengan dalih berjihad. Salah satunya, Aqsa Mahmood, 20, warga Skotlandia yang meninggalkan keluarganyadi Glasgow pada November tahun lalu.
(mas)