AS Peringatkan Sanksi Baru untuk Rusia
A
A
A
WASHINGTON - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menyatakan, saat ini AS akan melakukan pembicaraan dengan beberapa rekan mereka untuk memberikan sanksi kepada Rusia. Sanksi itu akan dijatuhkan jika Rusia tidak mau menggunakan pengaruhnya untuk membantu menghentikan kekerasan di wilayah timur Ukraina.
Melansir VOA, Kamis (19/6/2014), hal tersebut diutarakan Biden saat melakukan perbincangan melalui telepon dengan Presiden Ukraina, Petro Poroshenko. Sanksi itu sendiri akan dibicarakan saat AS melakukan pertemuan dengan Uni Eropa (UE), pekan depan.
Sebelumnya, AS dan UE sendiri sudah dua kali menerapkan sanksi terhadap Rusia berupa pembekuan aset dan larangan berkunjung ke negara-negra UE dan AS bagi beberapa pejabat dan pengusaha Rusia.
Biden sendiri menganggap biang keladi dari krisis yang hingga saat ini masih menyelimuti Ukraina adalah aksi para separatis pro-Rusia di wilayah timur Ukraina. Dua wilayah utama di timur Ukraina yang dikuasai separaits pro-Rusia telah menyatakan keluar dari Ukraina dan membentuk negara sendiri.
Sementara itu, PBB mengaku mendapati fakta, bahwa separatis pro-Rusia yang ada wilayah tersebut telah melakukan serangkaian tindakan pembunuhan, penculikan dan penyiksaan kepada pihak-pihak yang menolak bergabung dengan separatis.
Gianni Magazzeni, seorang pejabat kantor hak asasi manusia PBB, menyatakan kondisi yang berlangsung di wilayah itu membuat siapapun yang tinggal di sana akan merasa ketakutan akan ancaman yang bisa datang kapan saja kepada mereka.
Melansir VOA, Kamis (19/6/2014), hal tersebut diutarakan Biden saat melakukan perbincangan melalui telepon dengan Presiden Ukraina, Petro Poroshenko. Sanksi itu sendiri akan dibicarakan saat AS melakukan pertemuan dengan Uni Eropa (UE), pekan depan.
Sebelumnya, AS dan UE sendiri sudah dua kali menerapkan sanksi terhadap Rusia berupa pembekuan aset dan larangan berkunjung ke negara-negra UE dan AS bagi beberapa pejabat dan pengusaha Rusia.
Biden sendiri menganggap biang keladi dari krisis yang hingga saat ini masih menyelimuti Ukraina adalah aksi para separatis pro-Rusia di wilayah timur Ukraina. Dua wilayah utama di timur Ukraina yang dikuasai separaits pro-Rusia telah menyatakan keluar dari Ukraina dan membentuk negara sendiri.
Sementara itu, PBB mengaku mendapati fakta, bahwa separatis pro-Rusia yang ada wilayah tersebut telah melakukan serangkaian tindakan pembunuhan, penculikan dan penyiksaan kepada pihak-pihak yang menolak bergabung dengan separatis.
Gianni Magazzeni, seorang pejabat kantor hak asasi manusia PBB, menyatakan kondisi yang berlangsung di wilayah itu membuat siapapun yang tinggal di sana akan merasa ketakutan akan ancaman yang bisa datang kapan saja kepada mereka.
(esn)