Senat Dibubarkan, Kekuasaan di Tangan Kepala Militer Thailand
A
A
A
Bangkok - Sebuah keputusan mengejutkan kembali diambil oleh pihak militer Thailand. Paska mengambil alih pemerintahan, kini pihak militer Thailand menyatakan telah membubarkan Senat Thailand.
Seperti dilansir Channel News Asia, Minggu (25/5/2014), militer Thailand menegaskan, Senat telah dibubarkan dan segala keputusan harus melalui persetujuan Panglima Militer Thailand, Jenderal Prayuth Chan-ocha.
“Senat telah diberhentikan, semua keputusan harus melalui persetujuan dari kepala militer yang diasumsikan sebagai Senat,” ungkap salah seorang tentara.
Kudeta di Thailand sendiri mendapat kecaman dari dunia internasional. "Dengan mengambil kontrol penuh dari eksekutif, legislatif dan yudikatif , dan sekarang Senat, ini menunjukkan militer telah menyiapkan diri sebagai penguasa," ungkap Pavin Chachavalpongpun, seorang peneliti politik Thailand di Universitas Kyoto Jepang.
Rezim kudeta sendiri menyatakan, mereka telah menahan mantan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra dan sejumlah pemimpin pemerintah yang merek gulingkan. "Yingluck berada di bawah penahanan, dan dia baik-baik saja," ungkap Letnan Jenderal Thirachai Nakwanich, Kepala Komando militer untuk wilayah pusat Thailand, termasuk Bangkok.
Efek dari kudeta yang dilakukan militer Negeri Gajah Putih itu adalah munculnya kecaman dan penghentian kerjasama dari pihak Amerika Serikat (AS). AS membatalkan bantuan finasial dan membatalkan latihan militer bersama Royal Thai Armed Forces.
Seperti dilansir Channel News Asia, Minggu (25/5/2014), militer Thailand menegaskan, Senat telah dibubarkan dan segala keputusan harus melalui persetujuan Panglima Militer Thailand, Jenderal Prayuth Chan-ocha.
“Senat telah diberhentikan, semua keputusan harus melalui persetujuan dari kepala militer yang diasumsikan sebagai Senat,” ungkap salah seorang tentara.
Kudeta di Thailand sendiri mendapat kecaman dari dunia internasional. "Dengan mengambil kontrol penuh dari eksekutif, legislatif dan yudikatif , dan sekarang Senat, ini menunjukkan militer telah menyiapkan diri sebagai penguasa," ungkap Pavin Chachavalpongpun, seorang peneliti politik Thailand di Universitas Kyoto Jepang.
Rezim kudeta sendiri menyatakan, mereka telah menahan mantan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra dan sejumlah pemimpin pemerintah yang merek gulingkan. "Yingluck berada di bawah penahanan, dan dia baik-baik saja," ungkap Letnan Jenderal Thirachai Nakwanich, Kepala Komando militer untuk wilayah pusat Thailand, termasuk Bangkok.
Efek dari kudeta yang dilakukan militer Negeri Gajah Putih itu adalah munculnya kecaman dan penghentian kerjasama dari pihak Amerika Serikat (AS). AS membatalkan bantuan finasial dan membatalkan latihan militer bersama Royal Thai Armed Forces.
(esn)