MSF kutuk pembantaian belasan orang di RS CAR
A
A
A
Sindonews.com – Medicins Sans Frontieres (MSF) atau Dokter Lintas Batas mengutuk aksi pembantaian 16 warga sipil, termasuk tiga staf MSF di rumah sakit di Boguila, Republik Afrika Tengah (CAR).
Pembantain warga sipil di sebuah rumah sakit itu terjadi Sabtu, 26 April 2014, pekan lalu. Rumah sakit itu merupakan fasilitas kesehatan publik yang didirikan MSF. Mereka heran, mengapa warga sipil jadi sasaran pembantaian, padahal selama ini tidak ada provokasi apa pun.
“Kami sangat terkejut dan sedih akan kekerasan brutal yang dilakukan terhadap staf medis dan penduduk setempat,” kata Stefano Argenziano, Kepala Misi MSF di CAR, dalam rilisnya kepada Sindonews, Selasa (29/4/2014).
“Prioritas pertama kami adalah merawat mereka yang terluka, memberitahu anggota keluarga, dan memastikan keamanan staf, pasien, dan rumah sakit,” lanjut Argenziano. ”Peristiwa yang mengerikan ini telah memaksa kami untuk menarik staf kunci kami dan menghentikan sementara aktivitas kami di Boguila.”
MSF, ujar Argenziano, tetap berkomitmen menyediakan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil. Namun, pihaknya juga harus mempertimbangkan keselamatan staf MSF.
”Menanggapi tindakan yang tidak berperikemanusiaan ini, kami juga tengah mengkaji apakah memungkinkan untuk melanjutkan aktivitas kami di daerah-daerah lainnya,” katanya.
Peristiwa ini terjadi ketika para anggota eks-Seleka yang bersenjata mengepung RS Boguila. Aksi pengepungan itu terjadi ketika sebuah pertemuan bersama empat puluh tokoh masyarakat yang diundang oleh MSF untuk berdiskusi perihal akses medis digelar.
Pada saat beberapa orang bersenjata merampok kantor MSF dengan todongan senjata dan menembak ke udara, orang-orang bersenjata lainnya menghampiri lokasi pertemuan di mana staf MSF dan warga berkumpul. Tanpa provokasi apa-apa, orang-orang bersenjata tersebut mengumbar tembakan ke arah warga yang menyebabkan belasan orang tewas dan lainnya terluka parah.
MSF adalah satu-satunya organisasi kemanusiaan internasional yang bekerja di Boguila untuk membantu penduduk yang menghadapi serangan-serangan mematikan dari kelompok-kelompok bersenjata. MSF menyatakan tindakan brutal itu tidak dapat diterima, karena juga menyasar staf mereka.
Pembantain warga sipil di sebuah rumah sakit itu terjadi Sabtu, 26 April 2014, pekan lalu. Rumah sakit itu merupakan fasilitas kesehatan publik yang didirikan MSF. Mereka heran, mengapa warga sipil jadi sasaran pembantaian, padahal selama ini tidak ada provokasi apa pun.
“Kami sangat terkejut dan sedih akan kekerasan brutal yang dilakukan terhadap staf medis dan penduduk setempat,” kata Stefano Argenziano, Kepala Misi MSF di CAR, dalam rilisnya kepada Sindonews, Selasa (29/4/2014).
“Prioritas pertama kami adalah merawat mereka yang terluka, memberitahu anggota keluarga, dan memastikan keamanan staf, pasien, dan rumah sakit,” lanjut Argenziano. ”Peristiwa yang mengerikan ini telah memaksa kami untuk menarik staf kunci kami dan menghentikan sementara aktivitas kami di Boguila.”
MSF, ujar Argenziano, tetap berkomitmen menyediakan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil. Namun, pihaknya juga harus mempertimbangkan keselamatan staf MSF.
”Menanggapi tindakan yang tidak berperikemanusiaan ini, kami juga tengah mengkaji apakah memungkinkan untuk melanjutkan aktivitas kami di daerah-daerah lainnya,” katanya.
Peristiwa ini terjadi ketika para anggota eks-Seleka yang bersenjata mengepung RS Boguila. Aksi pengepungan itu terjadi ketika sebuah pertemuan bersama empat puluh tokoh masyarakat yang diundang oleh MSF untuk berdiskusi perihal akses medis digelar.
Pada saat beberapa orang bersenjata merampok kantor MSF dengan todongan senjata dan menembak ke udara, orang-orang bersenjata lainnya menghampiri lokasi pertemuan di mana staf MSF dan warga berkumpul. Tanpa provokasi apa-apa, orang-orang bersenjata tersebut mengumbar tembakan ke arah warga yang menyebabkan belasan orang tewas dan lainnya terluka parah.
MSF adalah satu-satunya organisasi kemanusiaan internasional yang bekerja di Boguila untuk membantu penduduk yang menghadapi serangan-serangan mematikan dari kelompok-kelompok bersenjata. MSF menyatakan tindakan brutal itu tidak dapat diterima, karena juga menyasar staf mereka.
(mas)