Kelompok separatis Ukraina timur minta bantuan Putin
A
A
A
Sindonews.com – Kelompok separatis pro-Rusia di Luhansk, Ukraina Timur meminta bantuan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Permintaan bantuan itu muncul setelah Pemerintah Ukraina memperingatkan kelompok demonstran itu, bahwa kekuatan militer akan dikerahkan untuk memulihkan ketertiban.
Untuk meredam ketegangan, anggota parlemen Ukraina telah mengusulkan pemberian amnesti atau ampunan bagi para demonstran pro-Rusia itu. Kelompok separatis sempat menduduki tiga bangunan pemerintah untuk menuntut referendum kemerdekaan dari Kiev.
”Tentu saja kita harus meminta Rusia untuk menyelamatkan kita, karena saya tidak melihat alternatif lain,” kata seorang demonstran berbaju loreng yang hanya memberikan nama depannya Vasiliy. ”Putin membantu kita!,” teriaknya, seperti dikutip Reuters, Kamis (10/4/2014).
Wakil pimpinan markas besar Angkatan Darat wilayah Ukraina selatan dan timur, Valery Bolikov, dalam sebuah konferensi pers mengatakan, pembicaraan demonstran dengan pihak berwenang gagal mencapai kesepakatan. ”Pembicaraan terus mengalami beberapa masalah, tetapi mereka menemukan kesimpulan logis,” katanya.
Di luar gedung pertemuan, para pria bertopeng bersenjata Kalashnikov (senapan AK-47), pistol dan senjata jenis lain siaga. Ketegangan memuncak setelah demonstran menduduki gedung dinas kemanan di wilayah iut.
Juru bicara polisi setempat, Tatyana Pogukai, mengatakan bahwa polisi tidak mengambil tindakan apapun, karena negosiasi sedang berlangsung. ”Kami tidak menginginkan kekerasan apapun. Tidak ada yang menginginkan darah atau kematian,” ujarnya.
Untuk meredam ketegangan, anggota parlemen Ukraina telah mengusulkan pemberian amnesti atau ampunan bagi para demonstran pro-Rusia itu. Kelompok separatis sempat menduduki tiga bangunan pemerintah untuk menuntut referendum kemerdekaan dari Kiev.
”Tentu saja kita harus meminta Rusia untuk menyelamatkan kita, karena saya tidak melihat alternatif lain,” kata seorang demonstran berbaju loreng yang hanya memberikan nama depannya Vasiliy. ”Putin membantu kita!,” teriaknya, seperti dikutip Reuters, Kamis (10/4/2014).
Wakil pimpinan markas besar Angkatan Darat wilayah Ukraina selatan dan timur, Valery Bolikov, dalam sebuah konferensi pers mengatakan, pembicaraan demonstran dengan pihak berwenang gagal mencapai kesepakatan. ”Pembicaraan terus mengalami beberapa masalah, tetapi mereka menemukan kesimpulan logis,” katanya.
Di luar gedung pertemuan, para pria bertopeng bersenjata Kalashnikov (senapan AK-47), pistol dan senjata jenis lain siaga. Ketegangan memuncak setelah demonstran menduduki gedung dinas kemanan di wilayah iut.
Juru bicara polisi setempat, Tatyana Pogukai, mengatakan bahwa polisi tidak mengambil tindakan apapun, karena negosiasi sedang berlangsung. ”Kami tidak menginginkan kekerasan apapun. Tidak ada yang menginginkan darah atau kematian,” ujarnya.
(mas)