PBB desak Myanmar buka akses bantuan bagi pengungsi Rohingya
A
A
A
Sindonews.com – Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar, Tomas Ojea Quintana, pada Senin (7/4/2014), mendesak pemerintah Myanmar untuk mengizinkan kembalinya relawan bantuan kemanusiaan yang telah melarikan diri akibat serangan di negara bagian Rakhine.
"Para relawan yang berada di negara bagian Rakhine memberikan penting dan menyelamatkan jiwa, termasuk pelayanan kesehatan, air dan makanan untuk pengungsi internal, desa-desa terpencil, dan
masyarakat lainnya yang terkena dampak," kata Quintana, seperti dikutip dari Reuters.
Menurutnya, kekurangan air di beberapa kamp pengungsian kaum Rohingya bisa mencapai tingkat kritis dalam satu pekan ke depan. Saat ini, tercatat 140 ribu pengungsi tinggal di kamp-kamp pengungsian sejak 2012 lalu akibat konflik komunal.
“Perkembangan terakhir di negara bagian Rakhine adalah sejarah panjang diskriminasi terhadap Muslim Rohingya. Kondisi ini bisa menjadi kejahatan terbaru terhadap kemanusiaan," lanjutnya.
Para relawan itu melarikan diri dari negara bagian Rakhine pada 27 Maret lalu, setelah merebak rumor pekerja bantuan internasional telah menodai bendera Buddha. Sekitar 400 perusuh berkumpul di luar kantor bantuan international dan mulai melemparkan batu, sebelum akhirnya menyerang bangunan lain yang menjadi markas kelompok-kelompok bantuan dan PBB.
"Para relawan yang berada di negara bagian Rakhine memberikan penting dan menyelamatkan jiwa, termasuk pelayanan kesehatan, air dan makanan untuk pengungsi internal, desa-desa terpencil, dan
masyarakat lainnya yang terkena dampak," kata Quintana, seperti dikutip dari Reuters.
Menurutnya, kekurangan air di beberapa kamp pengungsian kaum Rohingya bisa mencapai tingkat kritis dalam satu pekan ke depan. Saat ini, tercatat 140 ribu pengungsi tinggal di kamp-kamp pengungsian sejak 2012 lalu akibat konflik komunal.
“Perkembangan terakhir di negara bagian Rakhine adalah sejarah panjang diskriminasi terhadap Muslim Rohingya. Kondisi ini bisa menjadi kejahatan terbaru terhadap kemanusiaan," lanjutnya.
Para relawan itu melarikan diri dari negara bagian Rakhine pada 27 Maret lalu, setelah merebak rumor pekerja bantuan internasional telah menodai bendera Buddha. Sekitar 400 perusuh berkumpul di luar kantor bantuan international dan mulai melemparkan batu, sebelum akhirnya menyerang bangunan lain yang menjadi markas kelompok-kelompok bantuan dan PBB.
(esn)