Heboh, satire Facebook PM Singapura hapus SBY
A
A
A
Sindonews.com – Sebuah laman satire mirip situs berita di Singapura New Nation, melansir laporan yang menyebut, Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong telah menghapus atau memblokir PresidenSusilo Bambang Yudhoyono (SBY) dari pertemanan.
“Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong telah unfriended Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono di Facebok,” tulis laman itu. Laman itu juga menyebut, foto-foto Lee dengan SBY di akun Facebook-nya juga di-untagged.
Kendati demikian, akun Facebook resmi Lee Hsien Loong yang terverifikasi oleh Facebook, masih terdapat foto-foto kedua pemimpin tersebut. Laporan itu muncul di tengah ketegangan antara Indonesia dan Singapura terkait polemik penamaan KRI Usman Harun.
Sebelumnya, Menteri Tenaga Kerja Singapura, Tan Chuan-jin, melalui akun Facebook-nya, juga menulis sikap atas sosok Usman dan Harun. Tan menyebut sosok marinir Harun Said dan Usman Ali bukan sosok heroik, melainkan sosok pengecut dan brutal, karena terlibat dalam aksi pemboman di MacDonald pada 10 Maret 1965 yang menewaskan tiga orang dan melukai 33 lainnya.
”Ini adalah salah satu hal yang perlu diingat, pahlawan Anda dari perang kemerdekaan Anda, atau mereka yang telah membangun bangsa Anda. Tapi itu adalah hal lain, ketika Anda merayakan mereka yang telah bertindak secara brutal dan pengecut. Tidak ada yang heroik tentang (aksi) membunuh warga sipil tak berdosa,” tulis Tan.
“Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong telah unfriended Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono di Facebok,” tulis laman itu. Laman itu juga menyebut, foto-foto Lee dengan SBY di akun Facebook-nya juga di-untagged.
Kendati demikian, akun Facebook resmi Lee Hsien Loong yang terverifikasi oleh Facebook, masih terdapat foto-foto kedua pemimpin tersebut. Laporan itu muncul di tengah ketegangan antara Indonesia dan Singapura terkait polemik penamaan KRI Usman Harun.
Sebelumnya, Menteri Tenaga Kerja Singapura, Tan Chuan-jin, melalui akun Facebook-nya, juga menulis sikap atas sosok Usman dan Harun. Tan menyebut sosok marinir Harun Said dan Usman Ali bukan sosok heroik, melainkan sosok pengecut dan brutal, karena terlibat dalam aksi pemboman di MacDonald pada 10 Maret 1965 yang menewaskan tiga orang dan melukai 33 lainnya.
”Ini adalah salah satu hal yang perlu diingat, pahlawan Anda dari perang kemerdekaan Anda, atau mereka yang telah membangun bangsa Anda. Tapi itu adalah hal lain, ketika Anda merayakan mereka yang telah bertindak secara brutal dan pengecut. Tidak ada yang heroik tentang (aksi) membunuh warga sipil tak berdosa,” tulis Tan.
(mas)