Sudan Selatan mencekam, ribuan orang takut dibantai
A
A
A
Sindonews.com – Suasana di Kota Bor, Sudan Selatan mencekam, setelah krisis politik yang berujung pada perang sipil kian memanas. Pihak PBB yang membuka kantor di Juba, Sudan Selatan, menyebut, lebih dari 15.000 orang berlindung di kompleks PBB di Bor.
Ribuan orang itu berlindung, karena takut menjadi korban pembantaian dari dua kubu politik yang berseteru.
Krisis politik dipicu dari pemecatan Riek Machar sebagai Wakil Presiden Sudan Selatan beberapa bulan lalu, oleh Presiden Salva Kiir. Puncaknya, Machar dituduh melakukan kudeta, namun upaya itu gagal. Kegagalan kudeta itu, diikuti dengan gelombang kekerasan, di mana PBB menyebut sekitar 500 orang tewas.
Pihak militer Sudan Selatan, juga mengkonfirmasi, bahwaBentiu, ibukota negara kaya minyak itu, telah jatuh ke tangan pasukan pendukung mantan Wakil Presiden Riek Machar. ”Bentiu tidak berada di tangan kami,” kata Juru Bicara Militer Sudan Selatan, Philip Aguer, seperti dikutip BBC, Senin (23/12/2013).
Toby Lanzer, koordinator PBB untuk urusan kemanusiaan, mengatakan, orang-orang yang mencari perlindungan terus meningkat saban hari.”Saya cukup khawatir, dalam beberapa hari kita tidak akan berbicara puluhan ribu, tapi kita akan berbicara ratusan ribu orang yang terkena dampak langsung,” katanya.
”Ini benar-benar sangat memiriskan, ketika melihat orang-orang hanya bertanya; bisakah Anda tetap hidup?’,” lanjut Lanzer.
Menurut Lanzer, pertempuran tidak hanya terjadi dari kalangan tentara. Tapi juga kelompok-kelompok pemuda di luar kendali. Pada Sabtu lalu, Machar mengatakan pasukan pendukungnya telah menguasai Sudan Selatan.
Sementara itu, sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Inggris dan beberapa negara lain telah mengevakuasi warganya dari negara yang dilanda krisis politik itu.
Ribuan orang itu berlindung, karena takut menjadi korban pembantaian dari dua kubu politik yang berseteru.
Krisis politik dipicu dari pemecatan Riek Machar sebagai Wakil Presiden Sudan Selatan beberapa bulan lalu, oleh Presiden Salva Kiir. Puncaknya, Machar dituduh melakukan kudeta, namun upaya itu gagal. Kegagalan kudeta itu, diikuti dengan gelombang kekerasan, di mana PBB menyebut sekitar 500 orang tewas.
Pihak militer Sudan Selatan, juga mengkonfirmasi, bahwaBentiu, ibukota negara kaya minyak itu, telah jatuh ke tangan pasukan pendukung mantan Wakil Presiden Riek Machar. ”Bentiu tidak berada di tangan kami,” kata Juru Bicara Militer Sudan Selatan, Philip Aguer, seperti dikutip BBC, Senin (23/12/2013).
Toby Lanzer, koordinator PBB untuk urusan kemanusiaan, mengatakan, orang-orang yang mencari perlindungan terus meningkat saban hari.”Saya cukup khawatir, dalam beberapa hari kita tidak akan berbicara puluhan ribu, tapi kita akan berbicara ratusan ribu orang yang terkena dampak langsung,” katanya.
”Ini benar-benar sangat memiriskan, ketika melihat orang-orang hanya bertanya; bisakah Anda tetap hidup?’,” lanjut Lanzer.
Menurut Lanzer, pertempuran tidak hanya terjadi dari kalangan tentara. Tapi juga kelompok-kelompok pemuda di luar kendali. Pada Sabtu lalu, Machar mengatakan pasukan pendukungnya telah menguasai Sudan Selatan.
Sementara itu, sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Inggris dan beberapa negara lain telah mengevakuasi warganya dari negara yang dilanda krisis politik itu.
(mas)