Mandela, simbol perlawanan apartheid & pemersatu
A
A
A
Sindonews.com – Bekas pemimpin Afrika Selatan (Afsel), Nelson Rolihlahla Mandela, meninggal di usia 95 tahun. Semasa hidupnya, Mandela menjadi simbol perlawanan apartheid, bapak bangsa, hingga sosok pemersatu.
Dipenjara selama hampir tiga dekade untuk perjuangannya melawan pemerintahan minoritas kulit putih, Mandela muncul bertekad untuk menggunakan kharismanya untuk melawan apartheid sekaligus menghindari perang saudara.
”Waktu untuk penyembuhan luka telah datang. Saat untuk menjembatani jurang yang memisahkan kita telah datang,” kata Mandela dalam pidato penerimaannya untuk menjadi presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan pada tahun 1994, seperti dikutip Reuters, Jumat (6/12/2013). ”Kami mampu, pada akhirnya kami mencapai emansipasi politik kita.”
Pada tahun 1993, Mandela dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian, suatu kehormatan ia berbagi dengan FW de Klerk, pemimpin Afrika kulit putih yang membebaskannya dari penjara tiga tahun sebelumnya, sekaligus menjadi momen diakhirinya rezim apartheid.
Presiden Afsel Jacob Zuma dalam pernyataan yang disiarkan langsung di televisi nasional Afsel mengatakan, Madiba meninggal dalam damai. ’’Bangsa kami kehilangan sosok anak lelaki terhebat kami,’’kata Zuma.
Zuma mengungkapkan, jenazah pria yang 27 tahun pernah mendekam di penjara kala rezim apartheid berkuasa di Afsel itu akan mendapatkan penghormatan kenegaraan. Dia menetapkan hari meninggalnya Mandela sebagai hari berkabung nasional.
Karena itu, dia memerintahkan warganya untuk mengibarkan bendera setengah tiang sebagai penghormatan atas jasa Mandela yang membebaskan Afsel dari cengkeraman rezim apartheid pada era 1990-an.
Dipenjara selama hampir tiga dekade untuk perjuangannya melawan pemerintahan minoritas kulit putih, Mandela muncul bertekad untuk menggunakan kharismanya untuk melawan apartheid sekaligus menghindari perang saudara.
”Waktu untuk penyembuhan luka telah datang. Saat untuk menjembatani jurang yang memisahkan kita telah datang,” kata Mandela dalam pidato penerimaannya untuk menjadi presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan pada tahun 1994, seperti dikutip Reuters, Jumat (6/12/2013). ”Kami mampu, pada akhirnya kami mencapai emansipasi politik kita.”
Pada tahun 1993, Mandela dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian, suatu kehormatan ia berbagi dengan FW de Klerk, pemimpin Afrika kulit putih yang membebaskannya dari penjara tiga tahun sebelumnya, sekaligus menjadi momen diakhirinya rezim apartheid.
Presiden Afsel Jacob Zuma dalam pernyataan yang disiarkan langsung di televisi nasional Afsel mengatakan, Madiba meninggal dalam damai. ’’Bangsa kami kehilangan sosok anak lelaki terhebat kami,’’kata Zuma.
Zuma mengungkapkan, jenazah pria yang 27 tahun pernah mendekam di penjara kala rezim apartheid berkuasa di Afsel itu akan mendapatkan penghormatan kenegaraan. Dia menetapkan hari meninggalnya Mandela sebagai hari berkabung nasional.
Karena itu, dia memerintahkan warganya untuk mengibarkan bendera setengah tiang sebagai penghormatan atas jasa Mandela yang membebaskan Afsel dari cengkeraman rezim apartheid pada era 1990-an.
(mas)