Aparat Thailand jual ratusan pengungsi Rohingya

Kamis, 05 Desember 2013 - 18:13 WIB
Aparat Thailand jual...
Aparat Thailand jual ratusan pengungsi Rohingya
A A A
Sindonews.com – Ratusan warga Muslim Rohingya yang mengungsi ke Thailand diketahui menjadi korban perdagang manusia. Mereka dijual aparat di Thailand, yang kemudian di kirim ke kamp-kamp hutan brutal.

Namun, praktik perdagangan manusia dengan korban para pengungsi Rohingya dilakukan secara rahasia. Praktik itu terendus bulan Oktober 2013 lalu. Para pengungsi itu dibawa dari tahanan imigrasi menuju ke broker atau pedagang manusia yang sudah menunggu di laut.

Mereka dibawa ke sejumlah kamp tersembunyi di dekat perbatasan Malaysia. Sebagian dari mereka ditebus kerabatnya dengan uang ribuan dolar Amerika Serikat. Mengutip laman Reuters, Kamis (5/12/2013), sejumlah wartawan yang menyusup ke kamp-kamp dan berdesakan dengan para pengungsi Rohingya mengorek praktik perdagangan manusia itu.

Salah satu pengungsi Rohingya yang dijual bernama Ismail, 23. Sebagian dari para pengungsi itu dijaga ketat di sebuah desa bernama Baan Klong Tor. Sebagian lagi dibawa melewati medan tropis, yang beberapa dari mereka meninggal karena dehidrasi, bahkan ada yang dibunuh oleh penjaga kamp. Kesaksian itu disampaikan para pengungsi kepada wartawan yang ikut menyusup.

Pihak berwenang Thailand semula mengelak laporan itu. Namun, setelah mendengar wawancara itu, Polisi Thailand mengakui, jika kebijakan itu merupakan kebijakan rahasia yang mereka sebut sebagai “opsi kedua” untuk menyingkirkan para pengungsi Rohingya dari Thailand.

Ismail, yang merupakan salah satu dari lima pengungsi Rohingya, mengatakan bahwa para pejabat imigrasi Thailand telah menjual dirinya langsung. ”Tampaknya itu begitu resmi pada awalnya,” kata Ismail, seorang petani kurus berambut keriting itu.

”Mereka mengambil foto-foto kami. Mereka mengambil sidik jari kami. Dan kemudian diangkut sekali dalam perahu, sekitar 20 menit di laut, kami diberitahu bahwa kami telah dijual,” lanjut Ismail. Ismail mengatakan, perjalanan itu berakhir di sebuah kamp di Thailand selatan.

Korban lain, Bozor Mohamed, 21, seorang Muslim Rohingya, mengaku berada di dalam kamp yang djaga ketat. Di kamp itu, katanya, setidaknya satu orang meninggal setiap hari karena dehidrasi atau terkena penyakit. ”Aku dipilih untuk menjadi orang yang kuat,” katanya.

Mohamed sempat merasakan kelapran dan mengalami penyiksaan oleh apa yang ia sebut sebagai penuclik dari Thailand. Dia yang mempunyai saudara di Malaysia menelepon dan meminta agar membayar uang tebusan USD2.000 agar dia bisa bebas.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1097 seconds (0.1#10.140)