Militer Bangkok: Tidak akan ada kudeta
A
A
A
Sindonews.com - Para demonstran anti-pemerintah yang berupaya menggulingkan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra kembali mendatangi markas besar polisi di Bangkok, Rabu (4/12/2013). Sementara itu, pihak militer menegaskan tidak akan intervensi dan meyakinkan publik tidak akan ada kudeta.
Pihak militer menolak untuk intervensi dalam krisis politik di Thailand, sebab, mereka menganggap situasi di Thailand sudah mereda. Kepala Angkatan Laut, Laksamana Narong Pipathanasai mengatakan, bahwa dia dan Kepala Angkatan Darat dan Udara telah bertemu. Hasilnya, semua sepakat untuk tidak melakukan intervensi.
”Semua orang setuju bahwa pasukan militer tidak akan mengambil peran utama dalam situasi ini dan tidak akan ada kudeta, karena kami percaya ketegangan mereda dan semuanya akan kembali normal segera,” katanya kepada wartawan, seperti dikutip Reuters.
Sedangkan para demonstran, menegaskan pertarungan dengan kubu pemerintah belum berakhir. Suthep Thaugsuban, 64, pemimpin demo mengatakan, demonstrasi akan berhenti sejenak Kamis (4/12/2013) besok. Karena bertepatan dengan hari ulang tahun ke-86 Raja Bhumibol Adulyadej. Raja Thailand itu, sangat dihormati rakyat Thailand, termasuk para demonstran anti-pemerintah.
”Kami akan memulai perjuangan kita lagi pada 6 Desember 2013. Kita akan mulai berjuang setiap hari sampai kita mendapatkan kemenangan,” katanya dalam pidato kepada para pendukungnya, kemarin.
Suthep, 64, yang mengundurkan diri sebagai anggota parlemen dari Partai Demokrat (oposisi) memilih memimpin demo besar di Thailand, dan mendesak Yingluck mundur. Namun Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, menolak tuntutan itu, karena tidak konstitusional.
Demonstrasi besar-besaran itu dipicu usulan RUU Amnesti yang diusung Partai Puea Thai (partai berkuasa), yang merupakan partai pendukung Yinglcuk. Namun, kelompok oposisi curiga, RUU itu sebagai siasat Yinglcuk untuk membebaskan bekas PM Thaksin Shinawatra (kakak Yingluck) dari kasus korupsi tahun 2008. Thaksin kini berada di pengasingan.
Pihak militer menolak untuk intervensi dalam krisis politik di Thailand, sebab, mereka menganggap situasi di Thailand sudah mereda. Kepala Angkatan Laut, Laksamana Narong Pipathanasai mengatakan, bahwa dia dan Kepala Angkatan Darat dan Udara telah bertemu. Hasilnya, semua sepakat untuk tidak melakukan intervensi.
”Semua orang setuju bahwa pasukan militer tidak akan mengambil peran utama dalam situasi ini dan tidak akan ada kudeta, karena kami percaya ketegangan mereda dan semuanya akan kembali normal segera,” katanya kepada wartawan, seperti dikutip Reuters.
Sedangkan para demonstran, menegaskan pertarungan dengan kubu pemerintah belum berakhir. Suthep Thaugsuban, 64, pemimpin demo mengatakan, demonstrasi akan berhenti sejenak Kamis (4/12/2013) besok. Karena bertepatan dengan hari ulang tahun ke-86 Raja Bhumibol Adulyadej. Raja Thailand itu, sangat dihormati rakyat Thailand, termasuk para demonstran anti-pemerintah.
”Kami akan memulai perjuangan kita lagi pada 6 Desember 2013. Kita akan mulai berjuang setiap hari sampai kita mendapatkan kemenangan,” katanya dalam pidato kepada para pendukungnya, kemarin.
Suthep, 64, yang mengundurkan diri sebagai anggota parlemen dari Partai Demokrat (oposisi) memilih memimpin demo besar di Thailand, dan mendesak Yingluck mundur. Namun Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, menolak tuntutan itu, karena tidak konstitusional.
Demonstrasi besar-besaran itu dipicu usulan RUU Amnesti yang diusung Partai Puea Thai (partai berkuasa), yang merupakan partai pendukung Yinglcuk. Namun, kelompok oposisi curiga, RUU itu sebagai siasat Yinglcuk untuk membebaskan bekas PM Thaksin Shinawatra (kakak Yingluck) dari kasus korupsi tahun 2008. Thaksin kini berada di pengasingan.
(mas)