Wanita Suriah dipaksa buat klaim 'jihad seks' di televisi
A
A
A
Sindonews.com – Para wanita Suriah yang keluarganya diculik pasukan keamanan Suriah, muncul di siaran stasiun televisi negara Suriah. Dalam siaran televisi itu, para wanita membuat klaim telah menjalani ‘jihad seks’ untuk memenuhi nafsu syahwat para pemberontak anti-Presiden Bashar al-Assad.
Mengutip laman al-Arabiya, Sabtu (28/9/2013), klaim ‘jihad seks’ para wanita Suriah di televisi itu, disutradarai seseorang, yang diduga sebagai bentuk propaganda di Suriah.
”Ayah saya menyuruh saya untuk pergi mandi. Pada saat mandi, seorang pria datang, ia tampak lebih tua dari usia 50 tahun, dia hanya mengenakan celana dalam. Dia menarik rambut saya dan membawa saya ke kamar. Saya menjerit dan ayah saya mendengar saya, tapi dia tidak melakukan apa-apa,” bunyi cuplikan klaim Rawan Qadah, seorang gadis di bawah usia 18 tahun, di layar televisi.
Dalam tayangan televisi itu, Qadah mengatakan, ayahnya telah menjual ‘kehormatan-nya’ kepada pemberontak. Tapi, klaim wanita di layar televisi itu, hasil editan. Di mana, seorang laki-laki berada di belakangnya untuk membaca teks pernyataan yang harus mereka ucapkan.
Tapi, menurut keluarga Qadah, putri mereka diculik oleh pasukan keamanan Suriah, usai pulang sekolah pada November 2012 lalu di kota barat daya Deraa.
Qadah tidak sendirian. Ada Sarah Khaled al-Alawo dari Deir al- Zour Timur, yang juga membuat klaim menjalani ‘jihad seks’ melalui tayangan televisi Pemerintah Suriah. Alawo digambarkan sebagai anggota al-Nusra yang terkait kelompok al-Qaeda. Dalam tayangan televisi, Alawo menyatakan, bahwa dia melayani hasrat seksual para pemberontak Suriah, sebagai bentuk ‘jihad seksual’.
Keluarga Alawo juga menekankan, bahwa putri mereka ditangkap di sebuah kampus di Damaskus, setelah Alawo menyatakan pendapatnya, mendukung pemberontakan melawan rezim Presiden Bashar al-Assad .
Dalam video lain yang diperoleh oleh al-Arabiya sebelum diedit, seorang gadis Suriah diminta orang-orang di belakang kamera untuk memverifikasi kata ”18 bulan”. Kata yang merujuk pada tanggal klaim dia diperkosa para pemberontak dikoreksi.
Terungkapnya klaim palsu ‘jihad seks’ para wanita Suriah itu, sebagai tandingan dari pemberitaan di Tunisia. Di mana, sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Tunisia, Lotfi ben Jeddou, mengatakan kepada Majelis Konstituante Nasional, bahwa para perempuan Tunisia telah pergi ke Suriah untuk ‘jihad seks’.
”Mereka melakukan hubungan seksual dengan 20, 30, 100 militan,” kata Jeddou, dalam sebuah pidato pada 19 September 2013. ”Setelah hubungan seksual yang mereka yakini sebaagai ‘jihad al-nikah’ mereka pulang dalam kondisi hamil,” lanjut Jeddou.
Mengutip laman al-Arabiya, Sabtu (28/9/2013), klaim ‘jihad seks’ para wanita Suriah di televisi itu, disutradarai seseorang, yang diduga sebagai bentuk propaganda di Suriah.
”Ayah saya menyuruh saya untuk pergi mandi. Pada saat mandi, seorang pria datang, ia tampak lebih tua dari usia 50 tahun, dia hanya mengenakan celana dalam. Dia menarik rambut saya dan membawa saya ke kamar. Saya menjerit dan ayah saya mendengar saya, tapi dia tidak melakukan apa-apa,” bunyi cuplikan klaim Rawan Qadah, seorang gadis di bawah usia 18 tahun, di layar televisi.
Dalam tayangan televisi itu, Qadah mengatakan, ayahnya telah menjual ‘kehormatan-nya’ kepada pemberontak. Tapi, klaim wanita di layar televisi itu, hasil editan. Di mana, seorang laki-laki berada di belakangnya untuk membaca teks pernyataan yang harus mereka ucapkan.
Tapi, menurut keluarga Qadah, putri mereka diculik oleh pasukan keamanan Suriah, usai pulang sekolah pada November 2012 lalu di kota barat daya Deraa.
Qadah tidak sendirian. Ada Sarah Khaled al-Alawo dari Deir al- Zour Timur, yang juga membuat klaim menjalani ‘jihad seks’ melalui tayangan televisi Pemerintah Suriah. Alawo digambarkan sebagai anggota al-Nusra yang terkait kelompok al-Qaeda. Dalam tayangan televisi, Alawo menyatakan, bahwa dia melayani hasrat seksual para pemberontak Suriah, sebagai bentuk ‘jihad seksual’.
Keluarga Alawo juga menekankan, bahwa putri mereka ditangkap di sebuah kampus di Damaskus, setelah Alawo menyatakan pendapatnya, mendukung pemberontakan melawan rezim Presiden Bashar al-Assad .
Dalam video lain yang diperoleh oleh al-Arabiya sebelum diedit, seorang gadis Suriah diminta orang-orang di belakang kamera untuk memverifikasi kata ”18 bulan”. Kata yang merujuk pada tanggal klaim dia diperkosa para pemberontak dikoreksi.
Terungkapnya klaim palsu ‘jihad seks’ para wanita Suriah itu, sebagai tandingan dari pemberitaan di Tunisia. Di mana, sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Tunisia, Lotfi ben Jeddou, mengatakan kepada Majelis Konstituante Nasional, bahwa para perempuan Tunisia telah pergi ke Suriah untuk ‘jihad seks’.
”Mereka melakukan hubungan seksual dengan 20, 30, 100 militan,” kata Jeddou, dalam sebuah pidato pada 19 September 2013. ”Setelah hubungan seksual yang mereka yakini sebaagai ‘jihad al-nikah’ mereka pulang dalam kondisi hamil,” lanjut Jeddou.
(mas)