Dialog dengan Pelestina, Israel siap ambil keputusan dramatis
A
A
A
Sindonews.com – Juru runding damai dari Israel, Tzipi Livni, mengatakan, pemerintahnya siap untuk membuat keputusan dramatis untuk mencapai kesepakatan perdamaian akhir dengan Pemerintah Palestina. Sementara itu, analis politik Pelestina berpendapat, pembicaraan damai itu tetap merugikan Palestina.
Livni berbicara Selasa (20/8/2013) di Yerusalem, menjelang putaran ketiga perundingan dengan utusan perdamaian Palestina. Dia juga memperingatkan, bahwa unsur-unsur garis keras dalam pemerintahan koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Kelompok itu, katanya, tetap bertentangan dengan tujuan perundingan yang ditetapkan oleh Washington untuk menciptakan sebuah negara Palestina yang berdampingan dengan Israel.
Livni dan juru runding Palestina Saeb Erekat, mengadakan pertemuan kedua di Yerusalem pekan lalu, tanpa mediasi AS. Livni yang juga Menteri Kehakiman di kabinet Benjamin Netanyahu, menuduh anggota ultranasionalis koalisi pemerintah Israel membuat negosiasi lebih sulit dengan menentang solusi untuk mengakhiri konflik Israel dan Palestina.
Komentar Livni itu, dinilai ditujukan kepada kubu kelompok ultranasionalis Israel pimpinan Menteri Ekonomi Naftali Bennett. Bennett langsung menanggapi komentar Livni, di akun Facebook-nya. ”(Negosiasi Israel), harus mendapatkan lebih dari itu,” tulis Bannet, dikutip VOA News.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah berjanji untuk mencoba menyelesaikan semua masalah inti konflik dua negara tersebut. Beberapa masalah itu, antara lain kedaulatan atas Yerusalem, nasib para pengungsi dari perang Arab-Israel, perbatasan akhir Israel dan negara Palestina di masa depan, dan soal permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diklaim sebagai tanah Palestina.
Sedangkan para pejabat Palestina, kemarin, mengatakan, bahwa putaran ketiga pembicaraan damai dua negara itu telah berakhir. Namun, kedua belah pihak telah sepakat dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry untuk tidak mengungkapkan rincian dari hasil perundingan mereka.
Livni berbicara Selasa (20/8/2013) di Yerusalem, menjelang putaran ketiga perundingan dengan utusan perdamaian Palestina. Dia juga memperingatkan, bahwa unsur-unsur garis keras dalam pemerintahan koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Kelompok itu, katanya, tetap bertentangan dengan tujuan perundingan yang ditetapkan oleh Washington untuk menciptakan sebuah negara Palestina yang berdampingan dengan Israel.
Livni dan juru runding Palestina Saeb Erekat, mengadakan pertemuan kedua di Yerusalem pekan lalu, tanpa mediasi AS. Livni yang juga Menteri Kehakiman di kabinet Benjamin Netanyahu, menuduh anggota ultranasionalis koalisi pemerintah Israel membuat negosiasi lebih sulit dengan menentang solusi untuk mengakhiri konflik Israel dan Palestina.
Komentar Livni itu, dinilai ditujukan kepada kubu kelompok ultranasionalis Israel pimpinan Menteri Ekonomi Naftali Bennett. Bennett langsung menanggapi komentar Livni, di akun Facebook-nya. ”(Negosiasi Israel), harus mendapatkan lebih dari itu,” tulis Bannet, dikutip VOA News.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah berjanji untuk mencoba menyelesaikan semua masalah inti konflik dua negara tersebut. Beberapa masalah itu, antara lain kedaulatan atas Yerusalem, nasib para pengungsi dari perang Arab-Israel, perbatasan akhir Israel dan negara Palestina di masa depan, dan soal permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diklaim sebagai tanah Palestina.
Sedangkan para pejabat Palestina, kemarin, mengatakan, bahwa putaran ketiga pembicaraan damai dua negara itu telah berakhir. Namun, kedua belah pihak telah sepakat dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry untuk tidak mengungkapkan rincian dari hasil perundingan mereka.
(esn)