Eks Kepala MI6 ancam beberkan rahasia perang Irak
A
A
A
Sindonews.com - Mantan Kepala Intelijen Inggris MI6, Sir Richard Dearlove, mengancam akan membeberkan rahasia perang Irak. Rahasia itu akan ia beberkan, jika dia menghadapi kecaman dari penyelidikan Chilcot, terkait keterlibatan Inggris dalam perang Irak.
Sir Richard pernah berperan dalam memberikan informasi tentang senjata pemusanah massal (MWD) mantan diktator Irak, Saddam Hussein. Kepada Daily Mail, dia menulis sebuah catatan rinci tentang peristiwa menjelang invasi Irak. Tujuannya, agar sejarawan memiliki informasi lengkap setelah kematiannya kelak.
Namun, dia mengatakan, cepat atau lambatnya dia dalam merilis memoarnya itu, tergantung pada temuan dari penyelidikan Chilcot, yang sudah lama ditunggu.
”Apa yang saya tulis adalah catatan peristiwa seputar invasi ke Irak dari perspektif saya, kemudian (dianalisis secara) profesional,” katanya dalam sebuah e-mail, seperti dikutip Press TV, Senin (22/7/2013).
”Tujuan saya adalah, bahwa ini harus menjadi sumber yang tersedia untuk sarjana, tapi setelah saya meninggal (mungkin lebih cepat tergantung pada penyelidikan Chilcot ). Saya tidak punya niat apapun, bagaimanapun, saya melanggar sumpah kerahasiaan resmi dengan menerbitkan memoar,” ujarnya.
Menurut Daily Mail, sumber yang dekat dengan Sir Richard, mengatakan ia menerima ketidak-tepatan informasi beberapa informasi MI6 tentang senjata pemusnah massal di Irak. Ia percaya, ketua penyelidikan, Sir John Chilcot menyelidiki pernyataan menyesatkan dari mantan PM Inggris Tony Blair dan juru bicara utamanya Alastair Campbell tentang senjata pemusnah massal itu.
AS dan Inggris terang-terangan melanggar hukum internasional dengan menginvasi Irak pada 2003 dengan dalih mencari senjata pemusnah massal yang diduga ditimbun rezim Saddam Hussein. Tapi, sampai saat ini senjata pemusnah massal itu tidak pernah ditemukan.
Sir Richard pernah berperan dalam memberikan informasi tentang senjata pemusanah massal (MWD) mantan diktator Irak, Saddam Hussein. Kepada Daily Mail, dia menulis sebuah catatan rinci tentang peristiwa menjelang invasi Irak. Tujuannya, agar sejarawan memiliki informasi lengkap setelah kematiannya kelak.
Namun, dia mengatakan, cepat atau lambatnya dia dalam merilis memoarnya itu, tergantung pada temuan dari penyelidikan Chilcot, yang sudah lama ditunggu.
”Apa yang saya tulis adalah catatan peristiwa seputar invasi ke Irak dari perspektif saya, kemudian (dianalisis secara) profesional,” katanya dalam sebuah e-mail, seperti dikutip Press TV, Senin (22/7/2013).
”Tujuan saya adalah, bahwa ini harus menjadi sumber yang tersedia untuk sarjana, tapi setelah saya meninggal (mungkin lebih cepat tergantung pada penyelidikan Chilcot ). Saya tidak punya niat apapun, bagaimanapun, saya melanggar sumpah kerahasiaan resmi dengan menerbitkan memoar,” ujarnya.
Menurut Daily Mail, sumber yang dekat dengan Sir Richard, mengatakan ia menerima ketidak-tepatan informasi beberapa informasi MI6 tentang senjata pemusnah massal di Irak. Ia percaya, ketua penyelidikan, Sir John Chilcot menyelidiki pernyataan menyesatkan dari mantan PM Inggris Tony Blair dan juru bicara utamanya Alastair Campbell tentang senjata pemusnah massal itu.
AS dan Inggris terang-terangan melanggar hukum internasional dengan menginvasi Irak pada 2003 dengan dalih mencari senjata pemusnah massal yang diduga ditimbun rezim Saddam Hussein. Tapi, sampai saat ini senjata pemusnah massal itu tidak pernah ditemukan.
(esn)