Tahanan yang mogok makan di Guantanamo berkurang selama Ramadan
A
A
A
Sindonews.com - Pejabat Pentagon mengatakan, dalam sepekan terakhir, jumlah tahanan yang menggelar aksi mogok makan di penjara itu telah menurun dengan drastis, Selasa (16/7/2013).
"Dari 166 penghuni penjara Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) di Teluk Guantanamo, Kuba, 80 orang menolak untuk makan. Sedangkan 46 orang di antara mereka tetap melancarkan aksi mogok makan, tapi masih menerima cairan nurtrisi lewat lubang hidung. Tiga di antara mereka di rawat di rumah sakit, di bawah pengawasan," ungkap Juru Bicara Pentagon, Letkol Todd Breasseale kepada AFP.
Jumlah tahanan yang melancarkan aksi mogok makan selama lima bulan belakangan sempat melewati 130 orang. Perwira militer, pengamat Hak Asasi Manusia, dan pengacara yang mewakili para tahanan mengatakan, aksi mogok makan ini mencerminkan frustrasi pada kegagalan untuk menyelesaikan nasib mereka. Maklum saja, sebagian besar tahanan telah berada di Guantanamo selama 11 tahun tanpa tuduhan jelas dan lebih dari setengahnya telah dibebaskan.
Pemerintah AS tidak menjelaskan mengapa jumlah tahanan yang melancarkan aksi mogok makan berkurang dengan drastis, tapi yang jelas hal itu terjadi setelah datangnya bulan suci Ramadan.Kabarnya, para tahanan setuju menghentikan aksi mogok makan asalkan mereka diizinkan untuk terus berkelompok dan berkomunikasi dengan narapidana lain. Mereka ingin melakukan salat tarawih berjamaah.
"Dari 166 penghuni penjara Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) di Teluk Guantanamo, Kuba, 80 orang menolak untuk makan. Sedangkan 46 orang di antara mereka tetap melancarkan aksi mogok makan, tapi masih menerima cairan nurtrisi lewat lubang hidung. Tiga di antara mereka di rawat di rumah sakit, di bawah pengawasan," ungkap Juru Bicara Pentagon, Letkol Todd Breasseale kepada AFP.
Jumlah tahanan yang melancarkan aksi mogok makan selama lima bulan belakangan sempat melewati 130 orang. Perwira militer, pengamat Hak Asasi Manusia, dan pengacara yang mewakili para tahanan mengatakan, aksi mogok makan ini mencerminkan frustrasi pada kegagalan untuk menyelesaikan nasib mereka. Maklum saja, sebagian besar tahanan telah berada di Guantanamo selama 11 tahun tanpa tuduhan jelas dan lebih dari setengahnya telah dibebaskan.
Pemerintah AS tidak menjelaskan mengapa jumlah tahanan yang melancarkan aksi mogok makan berkurang dengan drastis, tapi yang jelas hal itu terjadi setelah datangnya bulan suci Ramadan.Kabarnya, para tahanan setuju menghentikan aksi mogok makan asalkan mereka diizinkan untuk terus berkelompok dan berkomunikasi dengan narapidana lain. Mereka ingin melakukan salat tarawih berjamaah.
(esn)