2 warga Arab Saudi hanya saksi, bukan tersangka bom Boston
A
A
A
Sindonews.com – Dua warga Arab Saudi yang terluka dalam pemboman di Boston, Senin (15/4/2013), tidak dicurigai sebagai tersangka, meski sebelumnya salah satu dari mereka menjalani perawatan dengan penjagaan ketat aparat keamanan Amerika Serikat (AS).
Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington mengatakan, bahwa dua warga negaranya, seorang pria dan seorang wanita, terluka dalam ledakan itu. Sebelumnya polisi mengatakan, bahwa pria 20 tahun itu dijaga, tapi tidak ditahan.
“Otoritas AS mengatakan kepada Kedutaan, bahwa tidak ada warga negara Arab Saudi yang menjadi seorang tersangka dalam serangan Boston Boston. Warga negara Arab Saudi itu adalah saksi dan bukan tersangka," kata Juru Bicara Kedubes Arab Saudi di Washington, Nail Al-Jubeir, Selasa (16/4/2013), seperti dikutip dari AFP.
Meski hingga kini Pemerintah AS mengaku belum mengetahui siapa dalang di balik serangan mematikan itu, namun adanya korban yang berasal dari Arab Saudi telah menimbulkan kecurigaan dan perhatian dari media AS. Hal ini didasari pada fakta, bahwa 15 dari 19 pembajak di balik serangan 11 September 2001 berasal dari Arab Saudi, yang tak lain sekutu lama AS
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Saud al-Faisal, yang tengah mengunjungi AS, menyampaikan rasa belangsungkawa pada para korban. “Solidaritas kami bersama dengan orang-orang hebat dari Boston dalam tragedi ini. Arab Saudi mengutuk setiap aksi teroris. Kami telah merasakan jahatnya dari tindakan teror,” ujar al-Faisal.
Menurutnya, Boston sudah "dianggap sebagai salah satu rumah" bagi warga Arab Saudi, karena besarnya jumlah warga Saudi yang belajar di kota itu.
Teror mematikan yang terjadi di dekat garis finish Boston Marathon itu menewaskan 3 orang dan melukai 170 lainnya. Banyak di antara korban luka terpaksa menjalani amputasi. Korban luka akibat dua buah bom yang meledak hanya berselang 13 detik itu termasuk 9 orang anak-anak yang berada di lokasi kejadian.
Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington mengatakan, bahwa dua warga negaranya, seorang pria dan seorang wanita, terluka dalam ledakan itu. Sebelumnya polisi mengatakan, bahwa pria 20 tahun itu dijaga, tapi tidak ditahan.
“Otoritas AS mengatakan kepada Kedutaan, bahwa tidak ada warga negara Arab Saudi yang menjadi seorang tersangka dalam serangan Boston Boston. Warga negara Arab Saudi itu adalah saksi dan bukan tersangka," kata Juru Bicara Kedubes Arab Saudi di Washington, Nail Al-Jubeir, Selasa (16/4/2013), seperti dikutip dari AFP.
Meski hingga kini Pemerintah AS mengaku belum mengetahui siapa dalang di balik serangan mematikan itu, namun adanya korban yang berasal dari Arab Saudi telah menimbulkan kecurigaan dan perhatian dari media AS. Hal ini didasari pada fakta, bahwa 15 dari 19 pembajak di balik serangan 11 September 2001 berasal dari Arab Saudi, yang tak lain sekutu lama AS
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Saud al-Faisal, yang tengah mengunjungi AS, menyampaikan rasa belangsungkawa pada para korban. “Solidaritas kami bersama dengan orang-orang hebat dari Boston dalam tragedi ini. Arab Saudi mengutuk setiap aksi teroris. Kami telah merasakan jahatnya dari tindakan teror,” ujar al-Faisal.
Menurutnya, Boston sudah "dianggap sebagai salah satu rumah" bagi warga Arab Saudi, karena besarnya jumlah warga Saudi yang belajar di kota itu.
Teror mematikan yang terjadi di dekat garis finish Boston Marathon itu menewaskan 3 orang dan melukai 170 lainnya. Banyak di antara korban luka terpaksa menjalani amputasi. Korban luka akibat dua buah bom yang meledak hanya berselang 13 detik itu termasuk 9 orang anak-anak yang berada di lokasi kejadian.
(esn)