Setelah meninggalnya Chavez, AS diminta berhati-hati
A
A
A
Sindonews.com - Pasca meninggalnya Presiden Venezuela Hugo Rafael Chavez Frias, Pemerintahan Amerika Serikan (AS) diminta untuk lebih hati-hati dalam bicara.
"Sekarang ini, pemerintahan AS itu harus lebih hati-hati untuk bicara," kata pengamat internasional dari Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana saat dihubungi Sindonews, Kamis (7/3/2013).
Karena, kata dia, AS akan dituding sebagai biang kerok atas meninggalnya Chavez. Karena, pemerintahan AS termasuk yang tidak suka dengan gaya kepemimpinan Chavez di Venezuela.
"Kubu Venezuela akan menuding meninggalnya Chavez atas konspirasi dari AS. Maka itu, dia (AS) harus berhati-hati," tegasnya.
Pada kesempatan itu dia juga mengimbau, agar Pemerintahan AS tidak melakukan penghasutan terhadap masyarakat Venezuela untuk mensyukuri atas meninggalnya Chavez itu. Karena, itu dapat menimbulkan opini yang negatif terhadap AS nantinya.
"AS jangan mendorong masyarakat Venezuela melalui oposisi yang ada di Venezuela untuk membenci Hugo Chaves," pintanya. Sebelumnya, selama dua tahun Chavez menderita kanker, pemerintah Venezuela tidak pernah merinci jenis kanker yang diderita Chavez. Namun, sejumlah ahli menduga Chavez menderita sarkoma jaringan lunak.
Guna memastikan bahwa kanker yang diderita Chavez, sebuah komisi ilmiah akan menyelidiki kemungkinan bahwa penyakit yang diderita Chavez disebabkan oleh serangan musuh. Sementara itu, Carlos Castro, Direktur Ilmiah dari Colombian League
Against Cancer sebelumnya mengatakan, sejumlah terapi yang diterima Chavez berfungsi untuk memperpanjang hidupnya dan meringankan penderitaannya.
Castro mengatakan, Chavez akan mengalami komplikasi pada sistem pernafasanya, jika terus menerus menjalani terapi kemoterapi. "Tidak mengejutkan jika Chavez mengalami beberapa infeksi dan infeksi itu muncul kembali. Hal itu disebabkan karena tim medis kepresidenan terus memberikan kemoterapi yang lebih kuat,” jelasnya.
"Sekarang ini, pemerintahan AS itu harus lebih hati-hati untuk bicara," kata pengamat internasional dari Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana saat dihubungi Sindonews, Kamis (7/3/2013).
Karena, kata dia, AS akan dituding sebagai biang kerok atas meninggalnya Chavez. Karena, pemerintahan AS termasuk yang tidak suka dengan gaya kepemimpinan Chavez di Venezuela.
"Kubu Venezuela akan menuding meninggalnya Chavez atas konspirasi dari AS. Maka itu, dia (AS) harus berhati-hati," tegasnya.
Pada kesempatan itu dia juga mengimbau, agar Pemerintahan AS tidak melakukan penghasutan terhadap masyarakat Venezuela untuk mensyukuri atas meninggalnya Chavez itu. Karena, itu dapat menimbulkan opini yang negatif terhadap AS nantinya.
"AS jangan mendorong masyarakat Venezuela melalui oposisi yang ada di Venezuela untuk membenci Hugo Chaves," pintanya. Sebelumnya, selama dua tahun Chavez menderita kanker, pemerintah Venezuela tidak pernah merinci jenis kanker yang diderita Chavez. Namun, sejumlah ahli menduga Chavez menderita sarkoma jaringan lunak.
Guna memastikan bahwa kanker yang diderita Chavez, sebuah komisi ilmiah akan menyelidiki kemungkinan bahwa penyakit yang diderita Chavez disebabkan oleh serangan musuh. Sementara itu, Carlos Castro, Direktur Ilmiah dari Colombian League
Against Cancer sebelumnya mengatakan, sejumlah terapi yang diterima Chavez berfungsi untuk memperpanjang hidupnya dan meringankan penderitaannya.
Castro mengatakan, Chavez akan mengalami komplikasi pada sistem pernafasanya, jika terus menerus menjalani terapi kemoterapi. "Tidak mengejutkan jika Chavez mengalami beberapa infeksi dan infeksi itu muncul kembali. Hal itu disebabkan karena tim medis kepresidenan terus memberikan kemoterapi yang lebih kuat,” jelasnya.
(esn)