Ribuan warga Tunisia turun ke jalan-jalan
A
A
A
Sindonews.com – Ribuan warga Tunisia turun ke jalan-jalan di Ibu Kota Tunis, Senin (14/1/2013). Mereka menyuarakan aksi protes terhadap kondisi kehidupan di Tunisia. Aksi protes ini dilakukan tepat dua tahun setelah penggulingan Presiden Zine El Abidine Ben Ali, yang juga jadi pemicu gelombang protes di beberapa negara Arab.
Lebih dari 8.000 demonstran berkumpul di luar gedung Kementerian Dalam Negeri di Kota Tunis. Ini adalah lokasi yang sama, saat aksi massa menuntut Ali mundur dari tampuk kekuasaannya pada Januari 2011 silam. Para demonstran melambaikan bendera Tunisia dan meneriakkan, "Ennahda keluar" dan "Di mana konstitusi? Dimana demokrasi?"
Partai Islam moderat, Ennahda, yang memenangkan pemilu pada Oktober 2011 telah berupaya untuk memulihkan keamanan dan stabilitas. Namun, rakyat Tunisia tetap belum puas akibat tingginya tingkat pengangguran dan mahalnya harga-harga kebutuhan pokok.
"Saya di sini dua tahun lalu, di tempat yang sama. Diktator sudah pergi dan kami mendapat kebebasan berekspresi. Namun, kami masih menghadapi banyak kesulitan, seperti wabah kekerasan, kurangnya keamanan, pengangguran dan biaya hidup yang tinggi," kata Pemimpin Partai Republik, Maya Jribi kepada Reuters.
Di jalan yang sama, sekitar 2.000 pendukung pemerintah juga berkumpul untuk merayakan ulang tahun kedua revolusi di Tunisia. Tak ada bentrokan antara dua kubu ini, meski begitu polisi tetap berjaga-jaga.
"Pihak oposisi berusaha untuk menggagalkan pemerintah dan menolak dialog atau partisipasi dalam pemerintah," ujar Ahmed Salhi, seorang pendukung pemerintah berusia 45 tahun kepada Reuters. "Satu-satunya tujuan mereka adalah untuk tidak melihat aturan Islam di Tunisia,” lanjutnya.
Lebih dari 8.000 demonstran berkumpul di luar gedung Kementerian Dalam Negeri di Kota Tunis. Ini adalah lokasi yang sama, saat aksi massa menuntut Ali mundur dari tampuk kekuasaannya pada Januari 2011 silam. Para demonstran melambaikan bendera Tunisia dan meneriakkan, "Ennahda keluar" dan "Di mana konstitusi? Dimana demokrasi?"
Partai Islam moderat, Ennahda, yang memenangkan pemilu pada Oktober 2011 telah berupaya untuk memulihkan keamanan dan stabilitas. Namun, rakyat Tunisia tetap belum puas akibat tingginya tingkat pengangguran dan mahalnya harga-harga kebutuhan pokok.
"Saya di sini dua tahun lalu, di tempat yang sama. Diktator sudah pergi dan kami mendapat kebebasan berekspresi. Namun, kami masih menghadapi banyak kesulitan, seperti wabah kekerasan, kurangnya keamanan, pengangguran dan biaya hidup yang tinggi," kata Pemimpin Partai Republik, Maya Jribi kepada Reuters.
Di jalan yang sama, sekitar 2.000 pendukung pemerintah juga berkumpul untuk merayakan ulang tahun kedua revolusi di Tunisia. Tak ada bentrokan antara dua kubu ini, meski begitu polisi tetap berjaga-jaga.
"Pihak oposisi berusaha untuk menggagalkan pemerintah dan menolak dialog atau partisipasi dalam pemerintah," ujar Ahmed Salhi, seorang pendukung pemerintah berusia 45 tahun kepada Reuters. "Satu-satunya tujuan mereka adalah untuk tidak melihat aturan Islam di Tunisia,” lanjutnya.
(esn)