Tentara dikurangi, AS tanam CIA di Afghanistan
A
A
A
Sindonews.com - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) dikabarkan tengah membahas sebuah proposal untuk menempatkan sebuah pasukan khusus di Afghanistan di bawah kontrol Central Intelligence Agency (CIA).
Langkah ini, merupakan pemenuhan janji Obama untuk menarik seluruh pasukan AS dari Afganistan pada 2014, dan akan disertai pengurangan jumlah pejabat AS di Afghanistan secara bertahap.
Berdasarkan informasi yang disebarkan oleh pejabat top militer AS kepada AFP, rencana tersebut telah beredar dengan luas di kalangan atas intelejen, namun proposal ini belum sampai ke tangan Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta. Langkah ini merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk mengurangi jumlah tentara AS sebelum tenggat waktu 2014.
Sekretaris Departemen pertahanan AS George Little membantah kabar ini dan mengatakan berita ini tidak benar. George mengatakan, jika rencana presiden untuk menarik mundur pasukan berjalan sesuai rencana, itu artinya tidak ada satupun tentara AS yang akan berada di Afghanistan setelah tahun 2014, begitu juga halnya dengan CIA.
"Apabila CIA tetap berada di Afghanistan maka status mereka adalah mata-mata. Jika Afganistan masih dilanda perang maka secara hukum tentara AS sah berada di sana," ujar George seperti dikutip AFP, Senin (5/3/2012).
George menjelaskan, AS tidak memiliki kewajiban untuk mempublikasikan kepada publik berbagai berita terkait pendanaan ataupun operasi militer di bawah kendali CIA.
Sebuah rencana harus melalui persetujuan Gedung Putih, Komite Pengawasan Kongres, dan Pemerintah Afghanistan. Seperti halnya rencana penangkapan Osama bin Laden di Pakistan.
Saat ini pasukan AS ditempatkan di Afganistan melakukan kerja sama dengan pasukan keamanan setempat, melatih tentara Afghanistan di berbagai wilayah yang diyakini masih memiliki pengaruh kuat dari Alqaeda. Pemerintah AS secara bertahap tengah merencanakan serah terima keamanan ke tangan Afghanistan dan merencanakan menarik mundur pasukan AS sebelum 2014.
Hubungan AS dan Afghanistan dikabarkan memburuk dalam beberapa minggu terakhir, setelah terjadi insiden pembakaran Alquran oleh tentara AS di Afghanistan. Sejauh ini, 30 orang telah dinyatakan tewas dalam berbagai aksi demonstrasi, jumlah termasuk pasukan AS NATO.(azh)
Langkah ini, merupakan pemenuhan janji Obama untuk menarik seluruh pasukan AS dari Afganistan pada 2014, dan akan disertai pengurangan jumlah pejabat AS di Afghanistan secara bertahap.
Berdasarkan informasi yang disebarkan oleh pejabat top militer AS kepada AFP, rencana tersebut telah beredar dengan luas di kalangan atas intelejen, namun proposal ini belum sampai ke tangan Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta. Langkah ini merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk mengurangi jumlah tentara AS sebelum tenggat waktu 2014.
Sekretaris Departemen pertahanan AS George Little membantah kabar ini dan mengatakan berita ini tidak benar. George mengatakan, jika rencana presiden untuk menarik mundur pasukan berjalan sesuai rencana, itu artinya tidak ada satupun tentara AS yang akan berada di Afghanistan setelah tahun 2014, begitu juga halnya dengan CIA.
"Apabila CIA tetap berada di Afghanistan maka status mereka adalah mata-mata. Jika Afganistan masih dilanda perang maka secara hukum tentara AS sah berada di sana," ujar George seperti dikutip AFP, Senin (5/3/2012).
George menjelaskan, AS tidak memiliki kewajiban untuk mempublikasikan kepada publik berbagai berita terkait pendanaan ataupun operasi militer di bawah kendali CIA.
Sebuah rencana harus melalui persetujuan Gedung Putih, Komite Pengawasan Kongres, dan Pemerintah Afghanistan. Seperti halnya rencana penangkapan Osama bin Laden di Pakistan.
Saat ini pasukan AS ditempatkan di Afganistan melakukan kerja sama dengan pasukan keamanan setempat, melatih tentara Afghanistan di berbagai wilayah yang diyakini masih memiliki pengaruh kuat dari Alqaeda. Pemerintah AS secara bertahap tengah merencanakan serah terima keamanan ke tangan Afghanistan dan merencanakan menarik mundur pasukan AS sebelum 2014.
Hubungan AS dan Afghanistan dikabarkan memburuk dalam beberapa minggu terakhir, setelah terjadi insiden pembakaran Alquran oleh tentara AS di Afghanistan. Sejauh ini, 30 orang telah dinyatakan tewas dalam berbagai aksi demonstrasi, jumlah termasuk pasukan AS NATO.(azh)
()