COVID-19 Renggut 2.311 Nyawa di Spanyol, 462 Orang dalam 24 Jam
A
A
A
MADRID - Korban meninggal akibat virus corona baru, COVID-19, di Spanyol melonjak menjadi 2.311 jiwa setelah 462 orang meninggal dalam 24 jam. Kementerian Kesehatan setempat mengonfirmasi jumlah kematian baru tersebut Senin sore.
Angka kematian menunjukkan peningkatan 27 persen pada angka yang dirilis sehari sebelumnya, dengan jumlah kasus COVID-19 yang dikonfirmasi naik menjadi 35.136 di Spanyol. Jumlah kasus itu membuat Spanyol menjadi salah satu negara yang paling terpukul di dunia setelah China dan Italia.
Meskipun diberlakukan lockdown nasional sejak 14 Maret, sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, jumlah kematian dan infeksi terus meningkat di Spanyol. Angka-angka terus bertambah ketika negara itu meningkatkan kapasitasnya untuk tes COVID-19.
Lockdown, yang awalnya diberlakukan selama dua minggu, akan diperpanjang hingga 11 April untuk mencoba menghentikan penyebaran wabah. Rencana perpanjangan status lockdown itu akan diajukan Perdana Menteri Pedro Sanchez ke Parlemen pada hari Selasa (24/3/2020).
Meningkatnya jumlah kasus infeksi di negara berpenduduk 46 juta orang ini telah membawa sistem perawatan kesehatan Spanyol ke jurang kehancuran, khususnya di Madrid, daerah yang paling parah dilanda wabah COVID-19. Di kota tersebut telah dilaporkan ada 10.575 kasus dan 1.263 orang telah meninggal. Angka di Madrid ini menyumbang 58 persen dari angka kematian nasional.
Koordinator kedaruratan Kementerian Kesehatan Fernando Simon mengatakan sekitar 3.910 petugas kesehatan telah dinyatakan positif terinfesi COVID-19.
Para pejabat telah berulang kali memperingatkan bahwa jumlah kematian dan infeksi akan terus meningkat minggu ini dan itu bisa berpotensi menjadi yang terburuk.
"Kami belum melihat dampak dari gelombang terkuat, yang paling merusak, yang akan menguji kemampuan material dan moral kami hingga batasnya, serta semangat kami sebagai masyarakat," kata Sanchez, seperti dikutip AFP.
Angka kematian menunjukkan peningkatan 27 persen pada angka yang dirilis sehari sebelumnya, dengan jumlah kasus COVID-19 yang dikonfirmasi naik menjadi 35.136 di Spanyol. Jumlah kasus itu membuat Spanyol menjadi salah satu negara yang paling terpukul di dunia setelah China dan Italia.
Meskipun diberlakukan lockdown nasional sejak 14 Maret, sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, jumlah kematian dan infeksi terus meningkat di Spanyol. Angka-angka terus bertambah ketika negara itu meningkatkan kapasitasnya untuk tes COVID-19.
Lockdown, yang awalnya diberlakukan selama dua minggu, akan diperpanjang hingga 11 April untuk mencoba menghentikan penyebaran wabah. Rencana perpanjangan status lockdown itu akan diajukan Perdana Menteri Pedro Sanchez ke Parlemen pada hari Selasa (24/3/2020).
Meningkatnya jumlah kasus infeksi di negara berpenduduk 46 juta orang ini telah membawa sistem perawatan kesehatan Spanyol ke jurang kehancuran, khususnya di Madrid, daerah yang paling parah dilanda wabah COVID-19. Di kota tersebut telah dilaporkan ada 10.575 kasus dan 1.263 orang telah meninggal. Angka di Madrid ini menyumbang 58 persen dari angka kematian nasional.
Koordinator kedaruratan Kementerian Kesehatan Fernando Simon mengatakan sekitar 3.910 petugas kesehatan telah dinyatakan positif terinfesi COVID-19.
Para pejabat telah berulang kali memperingatkan bahwa jumlah kematian dan infeksi akan terus meningkat minggu ini dan itu bisa berpotensi menjadi yang terburuk.
"Kami belum melihat dampak dari gelombang terkuat, yang paling merusak, yang akan menguji kemampuan material dan moral kami hingga batasnya, serta semangat kami sebagai masyarakat," kata Sanchez, seperti dikutip AFP.
(mas)