Pria 'Gay' Lebanon Agen Mossad Takut Dideportasi, Israel Ogah Menolong

Kamis, 20 Februari 2020 - 09:56 WIB
Pria Gay Lebanon Agen...
Pria 'Gay' Lebanon Agen Mossad Takut Dideportasi, Israel Ogah Menolong
A A A
TEL AVIV - Sebuah surat kabar online Israel melaporkan seorang pria Lebanon, yang bekerja untuk Mossad Israel, takut dideportasi ke negaranya. Pemerintah Israel menolak menolong sang agen yang saat ini diduga berada di Eropa.

Surat kabar Instance of Israel menyamarkan identitas agen Mossad itu dengan nama "Benjamin Philip". Dia bekerja untuk Mossad sejak 2011 dan berjasa mengumpulkan informasi tentang Hizbullah Lebanon. Dia dituduh Hizbullah sebagai pria homoseksual atau gay karena memata-matai faksi tersebut.

Media tersebut tidak mengungkap keberadaan sang agen di negara mana. Namun, Philip saat ini sedang mencari suaka di Eropa.

"Meskipun demikian, jika (suaka) ini gagal tampaknya dia dapat dikirim lagi ke Libanon," tulis surat kabar tersebut.

Jika dideportasi, Philip akan menghadapi hukuman penjara selama bertahun-tahun di Lebanon. "Sebuah situasi yang dia, seorang homoseksual, tidak bisa setujui, mencari tahu bahwa hukuman seperti itu di penjara Lebanon akan menyiratkan pemerkosaan dan penyiksaan," lanjut laporan surat kabar Israel, yang dilansir media Lebanon; Daily Star, Rabu (19/2/2020).

Laporan itu menyebut bahwa Philip putus asa sehingga berupaya membuat apa yang dia rasakan sekarang menjadi kasus yang terbuka untuk publik. Dia juga dilaporkan berupaya memaksa pemerintah Israel dan Mossad untuk menolongnya dari ancaman deportasi seperti janji pertolongan rezim Zionis ketika dia bekerja untuk Mossad.

Philip dibesarkan di sebuah desa di Lebanon selatan dan pernah bergabung dengan kelompok pengintai pemuda Hizbullah sebagai anak kecil.

Keputusannya untuk menjadi bagian dari Mossad dipicu oleh kesempatan pada tahun 2009 tempat dia muncul sebagai pengamat di seluruh pemilu parlemen Lebanon.

Philip menyebutkan bahwa ketika bekerja sebagai pengamat ia melaporkan tindakan melanggar hukum oleh penyelenggara pemungutan suara Hizbullah di Houmin Fawqa di Nabatieh.

Dia mengklaim bahwa setelah itu dia mengubah tujuan hidupnya untuk melawan faksi Hizbullah. "Mereka pergi ke rumah dan memberi tahu (keluarga), 'putra Anda homoseksual dan dia menjalin hubungan seorang pria'. Keluarga memukuli saya, agak banyak," kata Philip memberi tahu surat kabar Israel tersebut.

Pada saat itu Philip bertekad untuk mengubah tujuan hidupnya untuk melawan Hizbullah. "Ketika ini terjadi, saya membuat keputusan, ini adalah perang, perang yang sebenarnya," ujarnya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8937 seconds (0.1#10.140)