Riyadh Desak Jerman Cabut Larangan Penjualan Senjata ke Saudi
A
A
A
RIYADH - Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Faisal bin Farhan Al-Saud mendesak Jerman untuk segera mencabut larangan penjualan senjata ke Saudi. Jerman melarang penjualan senjata ke Saudi, karena diduga senjata itu digunakan untuk menyerang warga sipil Yaman.
"Kami berharap Jerman memahami bahwa kami membutuhkan sarana untuk mempertahankan diri," kata Faisal saat melakukan wawancara dengan media Jerman, DPA, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (18/2/2020).
Faisal mengatakan, serangan terhadap kilang minyak September tahun lalu menunjukan bahwa Saudi membutuhkan senjata untuk mempertahankan diri. Dia kemudian mengatakan larangan ekspor senjata bertentangan dengan konsep hubungan baik antara Riyadh dan Berlin.
Pemerintah Jerman memutuskan pada Maret 2018 untuk melarang ekspor senjata ke pihak-pihak yang terlibat dalam konflik di Yaman, termasuk di dalamnya Saudi. Larangan itu diberlakukan secara efektif setelah pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi di dalam Konsulat Saudi di Istanbul pada akhir 2018 lalu.
Saudi sendiri diketahui adalah pemimpin koalisi negara Arab untuk memerangi pemberontak Houthi, yang menguasai sebagian besar Yaman sejak tahun 2014, termasuk Ibu Kota Sanaa. Koalisi ini dibentuk setelah pemerintah Yaman meminta bantuan Saudi dan negara Arab lainnya untuk memerangi Houthi.
"Kami berharap Jerman memahami bahwa kami membutuhkan sarana untuk mempertahankan diri," kata Faisal saat melakukan wawancara dengan media Jerman, DPA, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (18/2/2020).
Faisal mengatakan, serangan terhadap kilang minyak September tahun lalu menunjukan bahwa Saudi membutuhkan senjata untuk mempertahankan diri. Dia kemudian mengatakan larangan ekspor senjata bertentangan dengan konsep hubungan baik antara Riyadh dan Berlin.
Pemerintah Jerman memutuskan pada Maret 2018 untuk melarang ekspor senjata ke pihak-pihak yang terlibat dalam konflik di Yaman, termasuk di dalamnya Saudi. Larangan itu diberlakukan secara efektif setelah pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi di dalam Konsulat Saudi di Istanbul pada akhir 2018 lalu.
Saudi sendiri diketahui adalah pemimpin koalisi negara Arab untuk memerangi pemberontak Houthi, yang menguasai sebagian besar Yaman sejak tahun 2014, termasuk Ibu Kota Sanaa. Koalisi ini dibentuk setelah pemerintah Yaman meminta bantuan Saudi dan negara Arab lainnya untuk memerangi Houthi.
(esn)