Pebisnis India Mallya Tolak Keputusan Ekstradisi dari Inggris
A
A
A
LONDON - Pebisnis India Vijay Mallya mengajukan banding di Pengadilan Tinggi Inggris untuk menolak keputusan 2018 untuk mengekstradisinya ke India demi menghadapi dakwaan penipuan terkait kebangkrutan perusahaannya Kingfisher Airlines.
India ingin mendapatkan kembali Mallya, 64, yang kepentingan bisnisnya sangat luas mulai dari penerbangan hingga minuman keras, lebih dari USD1,4 miliar utang yang dimiliki Kingfisher dari perbankan India yang otoritas menganggap dia tidak berniat membayar kembali utang itu.
Pengacara Mallya, Clare Montgomery menyatakan keputusan ekstradisi 2018 oleh Hakim Emma Arbuthnot memiliki beberapa kesalahan karena dia tidak mempertimbangkan semua bukti tentang status keuangan Kingfisher Airlines.
"Ini bukan skema Ponzi. Ini maskapai. Asumsi dia bahwa dia memiliki gambaran bukti akurat adalah salah," ujar Montgomery.
Dalam vonis 2018, Arbuthnot menyatakan, "Para pejabat perbankan India mungkin tertipu oleh sosok glamor, menyolok, tersohor, penuh perhiasan, dikawal, miliarder playboy yang memikat dan membujuk mereka untuk mengabaikan aturan dan regulasi mereka sendiri."
Mallya dijuluki “the King of Good Times” sesuai slogan salah satu bir premiumnya dan gaya hidupnya yang suka pesta.
Montgomery berupaya melawan citra ini dengan mengatakan dalam mencari pinjaman untuk menyelamatkan maskapainya, Mallya tidak berupaya menghasilkan uang cepat dan kebangkrutan itu adalah kegagalan bisnis biasa. "Dr Mallya bukan tokoh terbang semalam," ujar Montgomery.
India ingin mendapatkan kembali Mallya, 64, yang kepentingan bisnisnya sangat luas mulai dari penerbangan hingga minuman keras, lebih dari USD1,4 miliar utang yang dimiliki Kingfisher dari perbankan India yang otoritas menganggap dia tidak berniat membayar kembali utang itu.
Pengacara Mallya, Clare Montgomery menyatakan keputusan ekstradisi 2018 oleh Hakim Emma Arbuthnot memiliki beberapa kesalahan karena dia tidak mempertimbangkan semua bukti tentang status keuangan Kingfisher Airlines.
"Ini bukan skema Ponzi. Ini maskapai. Asumsi dia bahwa dia memiliki gambaran bukti akurat adalah salah," ujar Montgomery.
Dalam vonis 2018, Arbuthnot menyatakan, "Para pejabat perbankan India mungkin tertipu oleh sosok glamor, menyolok, tersohor, penuh perhiasan, dikawal, miliarder playboy yang memikat dan membujuk mereka untuk mengabaikan aturan dan regulasi mereka sendiri."
Mallya dijuluki “the King of Good Times” sesuai slogan salah satu bir premiumnya dan gaya hidupnya yang suka pesta.
Montgomery berupaya melawan citra ini dengan mengatakan dalam mencari pinjaman untuk menyelamatkan maskapainya, Mallya tidak berupaya menghasilkan uang cepat dan kebangkrutan itu adalah kegagalan bisnis biasa. "Dr Mallya bukan tokoh terbang semalam," ujar Montgomery.
(sfn)