Inggris Tarik Staf Kedutaan dan Konsulat dari China
A
A
A
LONDON - Inggris menarik beberapa staf dari kedutaan dan konsulatnya di China karena mewabahnya virus Corona Wuhan. Demikian pernyataan yang dikeluarkan pemerintah Inggris pada Sabtu (1/2/2020).
“Pada tanggal 31 Januari, beberapa staf dan pembantu dari Kedutaan Besar dan Konsulat Inggris sedang ditarik dari China. Staf penting yang dibutuhkan untuk melanjutkan pekerjaan penting akan tetap ada,” bunyi pernyataan itu.
"Jika situasinya semakin memburuk, kesanggupan Kedutaan Besar Inggris dan Konsulat Inggris untuk memberikan bantuan kepada warga negara Inggris dari dalam China mungkin terbatas," sambung pernyataan itu seperti dilansir dari Reuters.
Sementara itu pada tanggal 31 Januari, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan mereka mewajibkan anggota keluarga staf kedutaan besar di China di bawah usia 21 tahun untuk segera meninggalkan China. Hal itu diungkapkan oleh seorang juru bicara kedutaan AS.
Virus Corona Wuhan telah sejauh ini telah merenggut 259 nyawa di China dan menjangkiti sekitar 11.800 orang. Virus ini juga telah menyebar di setidaknya 20 negara, termasuk di Inggris dan AS.
“Pada tanggal 31 Januari, beberapa staf dan pembantu dari Kedutaan Besar dan Konsulat Inggris sedang ditarik dari China. Staf penting yang dibutuhkan untuk melanjutkan pekerjaan penting akan tetap ada,” bunyi pernyataan itu.
"Jika situasinya semakin memburuk, kesanggupan Kedutaan Besar Inggris dan Konsulat Inggris untuk memberikan bantuan kepada warga negara Inggris dari dalam China mungkin terbatas," sambung pernyataan itu seperti dilansir dari Reuters.
Sementara itu pada tanggal 31 Januari, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan mereka mewajibkan anggota keluarga staf kedutaan besar di China di bawah usia 21 tahun untuk segera meninggalkan China. Hal itu diungkapkan oleh seorang juru bicara kedutaan AS.
Virus Corona Wuhan telah sejauh ini telah merenggut 259 nyawa di China dan menjangkiti sekitar 11.800 orang. Virus ini juga telah menyebar di setidaknya 20 negara, termasuk di Inggris dan AS.
(ian)