Membunuh 170 Orang China, Virus Corona di Luar China Mengkhawatirkan

Kamis, 30 Januari 2020 - 07:42 WIB
Membunuh 170 Orang China, Virus Corona di Luar China Mengkhawatirkan
Membunuh 170 Orang China, Virus Corona di Luar China Mengkhawatirkan
A A A
BEIJING - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyuarakan "kekhawatiran serius" tentang penyebaran virus Corona jenis baru, 2019-nCoV, dari orang ke orang di tiga negara lain di luar China. Kekhawatiran disampaikan ketika penyakit tersebut sudah membunuh total 170 orang di negara Tirai Bambu.

Tiga negara di luar China yang penyebaran 2019 Novel Coronavirus yang membuat WHO khawatir adalah Jerman, Vietnam dan Jepang.

Organisasi ini menyerukan lagi rapat Komite Darurat WHO. Organisasi tersebut memperingatkan semua pemerintah untuk "mengambil tindakan" atas virus mematikan mirip SARS tersebut yang menyebar dari Wuhan, Provinsi Hubei, China. Saat ini ratusan warga asing dari berbaagai negara sedang dievakuasi dari pusat penyebaran virus.

Kasus-kasus baru dilaporkan di Finlandia dan Uni Emirat Arab. WHO menyerukan pertemuan darurat hari Kamis (30/1/2020) mengenai apakah epidemi virus harus dinyatakan sebagai darurat kesehatan global atau tidak. Penunjukan status itu dapat mengarah pada peningkatan koordinasi internasional. (Baca: Bak Zombie, Korban Virus Corona Wuhan di China Ambruk di Jalan-jalan )

Dua kali pertemuan pada pekan lalu, organisasi itu menolak menyatakannya sebagai darurat kesehatan global, dengan alasan perlunya lebih banyak informasi dan bukti. Namun, faktanya, virus telah menyebar dengan cepat dan sekarang telah terdeteksi di 15 negara lain.

"Meningkatnya jumlah kasus dan bukti penularan dari manusia ke manusia di luar China tentu saja sangat memprihatinkan. Meskipun jumlah di luar China masih relatif kecil, mereka memiliki potensi wabah yang jauh lebih besar," kata Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip Reuters.

"Dalam beberapa hari terakhir kemajuan virus terutama di beberapa negara, khususnya penularan dari manusia ke manusia membuat kita khawatir, di Jerman, di Vietnam dan juga di Jepang," kata Tedros dalam konferensi pers sekembalinya dari China.

"Jika ini masuk ke negara dengan sistem kesehatan yang lemah maka itu bisa menjadi masalah," ujarnya. (Baca: Horor Virus Corona: "Seperti Kiamat, Orang-orang Terus Sekarat...." )

Maskapai penerbangan di seluruh dunia menangguhkan atau mengurangi layanan masuk dan keluar dari Cihna. Langkah itu menyusul kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia di luar negeri.

Di dunia olahraga, Kejuaraan Atletik Indoor Dunia yang ditetapkan untuk bulan Maret di Nanjing telah diminta diundur hingga tahun 2021. Sedangkan balapan ski Piala Dunia telah dibatalkan.

"WHO memantau wabah ini setiap saat setiap hari," kata Ghebreyesus. Di Twitter, dia mengatakan organisasi itu "sangat menyesalkan" apa yang disebutnya sebagai "kesalahan manusia" dalam laporan WHO pekan lalu yang menyebut risiko global wabah itu berada di level "sedang" dan bukan "tinggi".

Michael Ryan, kepala Program Kedaruratan Kesehatan WHO, mengatakan kepada wartawan, "Seluruh dunia harus waspada sekarang. Seluruh dunia perlu mengambil tindakan."

Ryan mengatakan menyatakan darurat kesehatan global dapat merampingkan tindakan yang diambil—skenario yang lebih disukai untuk "resep potensial bagi bencana" dari hampir 200 negara yang bertindak secara individual.

Baik Ghebreyesus dan Ryan memuji China atas upaya "luar biasa" sejauh ini untuk mengatasi epidemi.

Di China, beberapa negara bekerja untuk mengevakuasi warga mereka keluar dari pusat kota Wuhan, yang 11 juta penduduknya sekarang berada di bawah karantina yang ketat.

Sebuah penerbangan carter AS dari Wuhan dengan sekitar 210 orang Amerika di dalamnya, termasuk staf konsuler, tiba di pangkalan militer California pada hari Rabu, di mana kendaraan darurat dengan lampu yang menyala dan personel yang mengenakan pakaian biologi berwarna putih. (Baca juga: Hasil Tes Mengonfirmasi 'Pasar Kelelawar" Wuhan Biang Virus Corona )

Menurutu Pentagon, para pengungsi akan dipantau atas gejala yang dialami dan dikirim ke rumah sakit setempat jika mereka ditemukan sakit.

Lebih dari 200 warga Jepang dibawa pulang pada hari Rabu, tetapi hanya segelintir dari mereka yang dirawat di rumah sakit untuk tes setelah mereka melaporkan merasa tidak enak badan atau menunjukkan gejala seperti flu.

Sekitar 250 warga Prancis dan 100 orang Eropa lainnya akan diterbangkan dari Wuhan dengan dua pesawat Prancis minggu ini.

Australia berencana untuk menampung setiap warga yang dievakuasi di sebuah pulau yang biasanya digunakan untuk menahan para pencari suaka, yakni Pulau Christmast.

Semakin banyak pemerintah, termasuk Amerika Serikat, Inggris dan Jerman, yang telah menyarankan warganya untuk menghindari perjalanan yang tidak penting ke China.

China telah mendesak warganya sendiri untuk menunda perjalanan ke luar negeri, dengan lebih dari 15 negara lain telah mengkonfirmasi kasus penyakit ini, termasuk tiga dengan kasus penularan dari manusia ke manusia.

British Airways adalah maskapai besar pertama yang mengumumkan penangguhan penerbangan ke dan dari China. Langkah itu mengikuti saran perjalanan dari Kantor Luar Negeri Inggris.

Banyak maskapai lain mengikuti, termasuk Lufthansa asal Jerman, yang mengatakan semua penerbangan ke China daratan akan ditangguhkan sampai 9 Februari. American Airlines, KLM dan United Airlines telah mengurangi layanan mereka untuk penerbangan ke China.

Cathay Pacific yang bermarkas di Hong Kong telah mengurangi penerbangan, dengan alasan permintaan rendah dan bagian dari respons pemerintah kota terhadap virus tersebut.

Dalam salah satu langkah paling dramatis, negara Pasifik; Papua Nugini, mengumumkan tidak ada pelancong dari Asia yang diizinkan masuk.

"Meskipun jumlah di luar China masih relatif kecil, mereka memiliki potensi wabah yang jauh lebih besar," kata Ghebreyesus.

China telah secara efektif memotong provinsi Hubei untuk mencoba menahan penyebaran virus, melarang kelompok-kelompok wisata untuk bepergian ke luar negeri, kelas-kelas sekolah ditangguhkan dan memperpanjang liburan Tahun Baru Imlek.

Sebagian besar lalu lintas jalan di dan sekitar Wuhan—tempat virus itu berasal dari pasar hewan liar— yang telah ditutup. Hal itu membuat lebih dari 50 juta orang di Hubei "dikurung" di rumah mereka.

"Ini adalah hari pertama sejak saya dikunci," kata seorang pria berusia 50-an tahun mengatakan kepada AFP. "Saya tidak punya pilihan karena saya perlu membeli makanan."

Jumlah kasus yang dikonfirmasi di seluruh China naik menjadi 5.974, sementara jumlah korban tewas secara nasional melonjak menjadi 170.

Virus ini telah mengguncang pasar global dan mulai merusak ekonomi China. Pembuat mobil Jepang, Toyota, mengatakan akan menutup pabriknya di China hingga setidaknya 9 Februari. Raksasa furnitur Swedia, IKEA, akan menutup setengah dari 30 toko di daratan China.

Raksasa teknologi Foxconn mengatakan pada hari Rabu bahwa staf Taiwan di jaringan pabrik-pabriknya yang luas di China tidak perlu kembali bekerja sampai pertengahan Februari, sebuah langkah yang mengancam rantai pasokan untuk semuanya, mulai dari iPhone hingga televisi layar datar dan laptop.

Raksasa makanan cepat saji AS, McDonald's, mengatakan telah menutup semua lokasinya, yang beberapa ratus restoran di antaranya berada di Hubei.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3805 seconds (0.1#10.140)