Ribuan Warga Irak Berunjuk Rasa Tolak Kehadiran Militer AS
A
A
A
BAGHDAD - Ribuan warga Irak berunjuk rasa di dua persimpangan pusat Baghdad pada Jumat (24/1) setelah seruan agar publik menentang kehadiran militer Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, ulama Moqtada al-Sadr menyeru satu juta orang berunjuk rasa setelah AS membunuh jenderal Iran dan komandan milisi Irak.
Pawai yang diserukan Sadr itu bertujuan menekan AS menarik keluar pasukannya dari Irak. Meski demikian, banyak demonstran anti-pemerintah khawatir aksi itu dapat menjadi unjuk rasa tandingan. Selama beberapa bulan terakhir demonstran anti-pemerintah mengecap berbagai kelompok Syiah yang didukung Iran dan masih berkuasa di Irak.
Sadr menentang semua intervensi asing di Irak tapi saat ini semakin dekat dengan Iran. Aliansi Iran saat ini mendominasi lembaga negara Irak sejak invasi pimpinan AS pada 2003.
Unjuk rasa ribuan orang itu dimulai di Lapangan al-Hurriya di pusat Baghdad dan dekat sekitar universitas utama di kota itu. Demonstran menghindari Lapangan Tahrir yang kini menjadi simbol perlawanan anti-pemerintah yang merupakan kelompok berbeda.
"Kami ingin mereka semua keluar, Amerika, Israel dan politisi korup dalam pemerintahan," kata Raed Abu Zahra, pegawai kementerian kesehatan dari kota Samawa yang datang dengan bus pada malam dan menginap di Sadr City, kawasan Baghdad yang dikontrol para pengikut Sadr.
"Kami juga mendukung protes di Tahrir, tapi paham mengapa Sadr menggelar protes ini di sini sehingga tidak memicu perhatian dari mereka," ujar Zahra.
Pria dan wanita berpawai mengibarkan bendera nasional Irak yang berwarna merah, putih dan hitam. Mereka meneriakkan slogan-slogan menentang AS yang memimpin koalisi militer melawan militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Beberapa demonstran memegang spanduk bertulis, "Tidak, tidak, Amerika, tidak, tidak Israel, tidak, tidak, kolonialis."
Pawai yang diserukan Sadr itu bertujuan menekan AS menarik keluar pasukannya dari Irak. Meski demikian, banyak demonstran anti-pemerintah khawatir aksi itu dapat menjadi unjuk rasa tandingan. Selama beberapa bulan terakhir demonstran anti-pemerintah mengecap berbagai kelompok Syiah yang didukung Iran dan masih berkuasa di Irak.
Sadr menentang semua intervensi asing di Irak tapi saat ini semakin dekat dengan Iran. Aliansi Iran saat ini mendominasi lembaga negara Irak sejak invasi pimpinan AS pada 2003.
Unjuk rasa ribuan orang itu dimulai di Lapangan al-Hurriya di pusat Baghdad dan dekat sekitar universitas utama di kota itu. Demonstran menghindari Lapangan Tahrir yang kini menjadi simbol perlawanan anti-pemerintah yang merupakan kelompok berbeda.
"Kami ingin mereka semua keluar, Amerika, Israel dan politisi korup dalam pemerintahan," kata Raed Abu Zahra, pegawai kementerian kesehatan dari kota Samawa yang datang dengan bus pada malam dan menginap di Sadr City, kawasan Baghdad yang dikontrol para pengikut Sadr.
"Kami juga mendukung protes di Tahrir, tapi paham mengapa Sadr menggelar protes ini di sini sehingga tidak memicu perhatian dari mereka," ujar Zahra.
Pria dan wanita berpawai mengibarkan bendera nasional Irak yang berwarna merah, putih dan hitam. Mereka meneriakkan slogan-slogan menentang AS yang memimpin koalisi militer melawan militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Beberapa demonstran memegang spanduk bertulis, "Tidak, tidak, Amerika, tidak, tidak Israel, tidak, tidak, kolonialis."
(sfn)