Pemimpin Baru Oman Janji Jaga Hubungan Baik dengan Semua Negara
A
A
A
DUBAI - Pemimpin baru Oman Sultan Haitham bin Tariq al-Said berjanji mempertahankan kebijakan luar negeri berdasarkan koeksistensi damai dan menjaga hubungan bersahabat dengan semua negara.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, dia juga menyerukan berbagai upaya membangun negara produsen minyak tersebut. Dia juga akan melanjutkan kebijakan pendahulunya, Sultan Qaboos bin Said yang meninggal dunia pada Jumat (10/1).
Qaboos yang telah membangun Oman yang modern itu sering bertindak sebagai mediator regional. Salah satu penguasa terlama di Timur Tengah itu tetap menjaga netralitas negaranya di kawasan yang bergejolak itu.
Setelah Sultan Qaboos meninggal dunia, sepupunya Haitham bin Tariq al-Said diumumkan sebagai penggantinya dalam transisi yang lancar.
Meninggalnya Sultan Qaboos membuat kawasan itu kehilangan pemimpin yang dipercaya mengelola hubungan seimbang antara dua negara tetangga yang terlibat konflik regional yakni Arab Saudi di barat dan Iran di utara, serta Amerika Serikat (AS).
Belum jelas bagaimana peran Oman sebagai mediator akan berlanjut di era Haitham. Oman mendeklarasikan masa duka cita selama tiga hari dengan mengibarkan bendera setengah tiang selama 40 hari untuk mengenang Qaboos yang meninggal pada usia 79 tahun itu.
Qaboos memimpin Oman sejak kudeta tak berdarah pada 1970 dengan bantuan bekas kekuatan kolonial Inggris.
Televisi menayangkan prosesi pemakaman saat jenazah Sultan Qaboos dibawa dengan konvoi kendaraan menyusuri jalanan di ibu kota Muscat dengan pengawalan ketat.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, dia juga menyerukan berbagai upaya membangun negara produsen minyak tersebut. Dia juga akan melanjutkan kebijakan pendahulunya, Sultan Qaboos bin Said yang meninggal dunia pada Jumat (10/1).
Qaboos yang telah membangun Oman yang modern itu sering bertindak sebagai mediator regional. Salah satu penguasa terlama di Timur Tengah itu tetap menjaga netralitas negaranya di kawasan yang bergejolak itu.
Setelah Sultan Qaboos meninggal dunia, sepupunya Haitham bin Tariq al-Said diumumkan sebagai penggantinya dalam transisi yang lancar.
Meninggalnya Sultan Qaboos membuat kawasan itu kehilangan pemimpin yang dipercaya mengelola hubungan seimbang antara dua negara tetangga yang terlibat konflik regional yakni Arab Saudi di barat dan Iran di utara, serta Amerika Serikat (AS).
Belum jelas bagaimana peran Oman sebagai mediator akan berlanjut di era Haitham. Oman mendeklarasikan masa duka cita selama tiga hari dengan mengibarkan bendera setengah tiang selama 40 hari untuk mengenang Qaboos yang meninggal pada usia 79 tahun itu.
Qaboos memimpin Oman sejak kudeta tak berdarah pada 1970 dengan bantuan bekas kekuatan kolonial Inggris.
Televisi menayangkan prosesi pemakaman saat jenazah Sultan Qaboos dibawa dengan konvoi kendaraan menyusuri jalanan di ibu kota Muscat dengan pengawalan ketat.
(sfn)