Sangkal Merudal Pesawat Ukraina, Iran: Ini Perang Psikologis AS
A
A
A
TEHERAN - Pemerintah Iran tidak terima dituduh menembak jatuh pesawat Boeing 737-800 Ukraina dengan rudal. Teheran yang kesal dengan tuduhan itu menganggapnya sebagai "perang psikologis" yang dikobarkan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran.
"Semua laporan ini adalah perang psikologis melawan Iran," kata juru bicara pemerintah Iran, Ali Rabiei. "Semua negara yang warganya naik pesawat dapat mengirim perwakilan dan kami mendesak Boeing untuk mengirim wakilnya untuk bergabung dalam proses penyelidikan kotak hitam," ujarnya.
Keputusan mengundang Boeing untuk terlibat dalam penyelidikan tragedi pesawat Ukraine International Airlines PS752 yang menewaskan 176 orang tersebut menjadi kejutan, karena sebelumnya Teheran menolak mengundang raksasa industri pesawat Amerika itu dalam tim penyelidik kotak hitam pesawat.
Tak hanya Boeing, Ali Rabiei dalam pengumumannya juga mengundang Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika untuk turut bergabung dalam penyelidikan. Ukraina dan Prancis juga diundang. Prancis diundang untuk penyelidikan karena menjadi pihak yang membangun mesin pesawat.
"Kami menyarankan pemerintah AS untuk menunggu hasil komite penyelidikan kecelakaan dari kecelakaan pesawat Ukraina ketimbang menyebarkan kebohongan dan melakukan operasi psikologis mereka," kata Rabiei.
"Sangat disayangkan bahwa pemerintah AS dan rekannya yang sadar atau tidak sadar menambah garam pada cedera keluarga para korban dalam kecelakaan pesawat dengan menyebarkan kebohongan dan siap untuk mengorbankan keluarga para korban demi melayani tujuan mereka sendiri," kecam Rabiei.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, mengatakan kepada kantor berita IRNA Jumat (10/1/2020), bahwa Iran telah mengundang Ukraina dan perusahaan Boeing untuk berpartisipasi dalam penyelidikan.
Langkah Iran itu muncul setelah Pentagon dan para pemimpin Barat lainnya mengatakan bahwa laporan intelijen menyatakan penerbangan Ukraine International Airlines ditembak jatuh oleh rudal anti-pesawat Iran.
Tragedi itu terjadi beberapa jam setelah Iran meluncurkan lebih dari selusin rudal balistik yang menargetkan dua pangkalan militer Irak yang menampung pasukan Amerika dan koalisi internasional. Serangan itu sebagai balasan atas serangan udara AS yang menewaskan komandan Pasukan Quds Iran, Jenderal Qassem Soleimani, di dekat Bandara Internasional Baghdad, Jumat pekan lalu.
Iran sebelumnya mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya tidak akan menyerahkan kotak hitam pesawat kepada Boeing, yang merupakan perusahaan Amerika, atau pun kepada pihak berwenang AS untuk analisis.
"Kami tidak akan memberikan kotak hitam kepada produsen dan Amerika," kata Ali Abedzadeh, kepala Organisasi Penerbangan Sipil Republik Islam Iran.
Pesawat Boeing 737-800 jatuh setelah lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini untuk menuju Kiev, Ukraina. Pilot pesawat tidak mengirim sinyal darurat sebelum pesawat jatuh.
"Semua laporan ini adalah perang psikologis melawan Iran," kata juru bicara pemerintah Iran, Ali Rabiei. "Semua negara yang warganya naik pesawat dapat mengirim perwakilan dan kami mendesak Boeing untuk mengirim wakilnya untuk bergabung dalam proses penyelidikan kotak hitam," ujarnya.
Keputusan mengundang Boeing untuk terlibat dalam penyelidikan tragedi pesawat Ukraine International Airlines PS752 yang menewaskan 176 orang tersebut menjadi kejutan, karena sebelumnya Teheran menolak mengundang raksasa industri pesawat Amerika itu dalam tim penyelidik kotak hitam pesawat.
Tak hanya Boeing, Ali Rabiei dalam pengumumannya juga mengundang Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika untuk turut bergabung dalam penyelidikan. Ukraina dan Prancis juga diundang. Prancis diundang untuk penyelidikan karena menjadi pihak yang membangun mesin pesawat.
"Kami menyarankan pemerintah AS untuk menunggu hasil komite penyelidikan kecelakaan dari kecelakaan pesawat Ukraina ketimbang menyebarkan kebohongan dan melakukan operasi psikologis mereka," kata Rabiei.
"Sangat disayangkan bahwa pemerintah AS dan rekannya yang sadar atau tidak sadar menambah garam pada cedera keluarga para korban dalam kecelakaan pesawat dengan menyebarkan kebohongan dan siap untuk mengorbankan keluarga para korban demi melayani tujuan mereka sendiri," kecam Rabiei.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, mengatakan kepada kantor berita IRNA Jumat (10/1/2020), bahwa Iran telah mengundang Ukraina dan perusahaan Boeing untuk berpartisipasi dalam penyelidikan.
Langkah Iran itu muncul setelah Pentagon dan para pemimpin Barat lainnya mengatakan bahwa laporan intelijen menyatakan penerbangan Ukraine International Airlines ditembak jatuh oleh rudal anti-pesawat Iran.
Tragedi itu terjadi beberapa jam setelah Iran meluncurkan lebih dari selusin rudal balistik yang menargetkan dua pangkalan militer Irak yang menampung pasukan Amerika dan koalisi internasional. Serangan itu sebagai balasan atas serangan udara AS yang menewaskan komandan Pasukan Quds Iran, Jenderal Qassem Soleimani, di dekat Bandara Internasional Baghdad, Jumat pekan lalu.
Iran sebelumnya mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya tidak akan menyerahkan kotak hitam pesawat kepada Boeing, yang merupakan perusahaan Amerika, atau pun kepada pihak berwenang AS untuk analisis.
"Kami tidak akan memberikan kotak hitam kepada produsen dan Amerika," kata Ali Abedzadeh, kepala Organisasi Penerbangan Sipil Republik Islam Iran.
Pesawat Boeing 737-800 jatuh setelah lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini untuk menuju Kiev, Ukraina. Pilot pesawat tidak mengirim sinyal darurat sebelum pesawat jatuh.
(mas)