Lewat Manga, Komikus Jepang Soroti Penderitaan Muslimah Uighur

Sabtu, 28 Desember 2019 - 06:43 WIB
Lewat Manga, Komikus...
Lewat Manga, Komikus Jepang Soroti Penderitaan Muslimah Uighur
A A A
TOKYO - Sebuah manga tentang seorang wanita Uighur karya seorang komikus Jepang mendadak viral. Lewat keahliannya, sang komikus ingin meningkatkan kesadaran tentang penderitaan sehari-hari yang dialami oleh sebagiam besar minoriyas Muslim China.

Manga berjudul 'What Has Happened to Me' atau 'Apa yang Terjadi pada Saya' telah diterjemahkan ke dalam 10 bahasa, termasuk Mandarin, Uighur, dan Inggris. Manga ini juga telah dibaca lebih dari 330 ribu kali secara online. Sang komikus, Tomomi Shimizu, tampaknya berhasil memanfaatkan isu yang dilihat banyak negara Barat sebagai bukti pelanggaran hak asasi manusia oleh Beijing.

Lewat panel-panel berisi gambar hitam putih, Shimizu menceritakan kisah seorang wanita Uighur yang kini tinggal di Amerika Serikat (AS) Mihrigul Tursun. Tursun mengatakan ia dipukuli serta ditahan di China hanya karena ia adalah seorang etnis Uighur.

“Masalah Uighur telah dikenal luas di kalangan orang-orang yang terjun ke dunia politik. Namun sedikit yang diketahui oleh kalangan masyarakat umum. Kesenjangannya mengejutkan,” tutur Shimizu (50).

"Saya memutuskan menggunakan manga untuk tujuan ini karena saya percaya manga memiliki kekuatan untuk menyampaikan sesuatu kepada orang-orang dengan cara yang mudah dipahami," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (28/12/2019).

Shimizu mendasarkan kisah manga-nya pada apa yang dia pelajari dari menonton rekaman video yang direkam dari Tursun.

Dalam komik, Tursun ditahan oleh otoritas China meskipun tidak melakukan kejahatan. Dia dipisahkan dari anak kembar tiganya yang berusia 45 hari dan disiksa dengan tongkat listrik.

Dia dibebaskan bersyarat hanya untuk mengetahui bahwa salah satu dari kembar tiganya meninggal dalam tahanan pemerintah. Kemudian, dia dipenjara lagi, di ruangan yang begitu ramai sehingga tahanan harus bergiliran untuk berbaring.

Setelah penahanan ketiga, dia bertanya mengapa dia harus menghadapi begitu banyak kesulitan. Seorang pejabat mengatakan: "Itu karena Anda Uighur".

"Ada orang yang membutuhkan bantuan sekarang, orang-orang yang mengalami kesulitan setiap hari," kata Shimizu.

Dia mengunggah "Apa yang Terjadi pada Saya" di akun Twitter-nya pada 31 Agustus. Segera, pesan-pesan mulai mengalir "seperti air terjun", dan manga itu telah di-retweet 8.000 kali dalam beberapa jam.

"Tanpa ragu bahwa manga Shimizu telah memainkan peran yang tak ternilai dalam membiarkan dunia mengetahui masalah Uighur," kata Ketua Asosiasi Uighur Jepang Ilham Mahmut.

Lee Da-Ren, seorang warga Taiwan yang tinggal di Jepang, mengajukan diri untuk menerjemahkan karya Shimizu ke dalam bahasa Mandarin.

"Dengan mengambil bentuk manga, ceritanya begitu mudah dibaca, namun begitu tajam," kata Lee.

Kementerian luar negeri China tidak segera menanggapi permintaan komentar. Pemerintah China sendiri menuduh Tursun menyebarkan kebohongan tentang waktunya di Xinjiang dan sangat membantah tuduhan penganiayaannya.

PBB dan kelompok hak asasi manusia memperkirakan bahwa antara 1 hingga 2 juta orang, sebagian besar dari mereka adalah etnis Muslim Uighur, telah ditahan dalam kondisi yang keras di wilayah Xinjiang di barat laut China. Penahanan mereka sebagai bagian dari apa yang disebut Beijing sebagai kampanye anti terorisme.

China mengatakan Xinjiang menghadapi ancaman dari militan dan separatis Islam.

Beijing menolak tuduhan penganiayaan dan menyangkal penahanan massal, dengan mengatakan pihaknya hanya berusaha untuk mengakhiri ekstremisme dan kekerasan di Xinjiang melalui pendidikan, dan hal itu menawarkan kepada Uighur prospek pekerjaan yang lebih baik dengan pelatihan kejuruan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9982 seconds (0.1#10.140)