Demonstrasi Mahasiswa, Tanda Bangkitnya Politik Rakyat di Pakistan

Jum'at, 27 Desember 2019 - 23:01 WIB
Demonstrasi Mahasiswa, Tanda Bangkitnya Politik Rakyat di Pakistan
Demonstrasi Mahasiswa, Tanda Bangkitnya Politik Rakyat di Pakistan
A A A
ISLAMABAD - Di kota-kota di seluruh Pakistan, siswa berpakaian hitam dengan motif merah memegang plakat dan meneriakkan slogan-slogan menuntut pemulihan serikat mahasiswa dan mengakhiri pelecehan seksual di kampus-kampus universitas. Aksi ini dinilai sebagai tanda kebangkitan dari politik rakyat di Pakistan.

Student Solidarity March, yang berlangsung di setidaknya 50 lokasi pada tanggal 29 November lalu, terjadi setelah adanya pemotongan 37 persen dari anggaran pengembangan pendidikan tinggi negara pada bulan Juni silam.

Pembungkaman aksi demonstrasi ini terjadi setelah diktaktor Pakistan, Zia ul-Haq, melarang serikat pelajar di seluruh negeri pada tahun 1984. Dalam lebih dari 30 tahun sejak itu, larangan ini telah secara efektif membungkam aktivitas politik di kampus dan menciptakan budaya keheningan.

Waqas, seorang mahasiswa pascasarjana di Universitas Karachi dan salah satu penyelenggara demonstrasi, menuturkan, dia telah menerima banyak telepon dari orang tak dikenal beberapa hari menjelang demonstrasi digelar.

"Antusiasme (untuk politik mahasiswa) sekarang berada di puncaknya. Tapi, saya takut. Saya telah menerima begitu banyak panggilan tak dikenal. Saya bukan ancaman keamanan, saya hanya seorang siswa," ucapnya, seperti dilansir Al Jazeera.

Sementara Zahabia, salah satu penyelenggara demonstrasi di Karachi, mengaku memiliki perasaan campur aduk, bahkan ketika mengakui bahwa aksi itu akhirnya berhasil. Pemerintah provinsi Sindh, yang merupakan bagian dari Karachi, telah mengumumkan akan memimpin dalam memulihkan serikat siswa. Dia juga mengkritik aksi keras polisi terhadap mahasiwa.

"Tuntutan kami sangat sah dan praktis. Mereka (polisi) hanya mengganggu kami. Negara menemukan berbagai cara untuk mendiskreditkan apa pun yang cenderung mempertanyakan hegemoni, ketidakmampuan, dan kontrolnya," ungkapnya.

Zahabia, Waqas, dan aktivis mahasiswa lainnya adalah bagian dari generasi yang membentuk demografi pemuda terbesar dalam sejarah Pakistan. Di mana sekitar 120 juta orang Pakistan berusia di bawah 30 tahun, yang merupakan 64 persen dari populasi negara itu.

Menurut data dari Statistik Pendidikan Pakistan, hanya 30 persen siswa yang mencapai kelas 10, setelah itu banyak dari mereka yang bergabung dengan angkatan kerja lepas atau menganggur. Tetapi, di antara persentase kecil yang mampu untuk mengenyam pendidikan universitas, ketidakpuasan dengan standar pengajaran, khususnya di universitas negeri, semakin meluas.

Selain masalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap sistem pendidikan di Pakistan, masalah pelecehan seksual, khususnya di lingkungan universitas juga turut menjadi perhatian para mahasiswa. Pelecehan ini tidak hanya terjadi pada mahasiswi, tetapi juga pada mahasiswa yang dilakukan oleh para pekerja dan petinggi universitas.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3785 seconds (0.1#10.140)