Teroris Serang Pangkalan Militer Burkina Faso, 35 Warga Sipil Tewas
A
A
A
OUAGADOUGOU - Sedikitnya 35 warga sipil, kebanyakan perempuan, tewas setelah sekelompok teroris menyerang pangkalan militer di Burkina Faso.
Serangan terhadap pangkalan militer Arbinda yang terletak di provinsi Soum dilakukan pada Selasa pagi. Serangan tersebut berlangsung selama beberapa jam sebelum akhirnya para pelaku berhasil diusir oleh Angkatan Udara dan Angkata Bersenjata. Akibat baku tembak itu, tujuh tentara dan 80 teroris tewas.
"Sekelompok besar teroris serentak menyerang pangkalan militer dan penduduk sipil di Arbinda," kata militer dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari UPI, Rabu (25/12/2019).
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Presiden Burkin Faso, Roch Kabore, mengumumkan hari berkabung nasional selama 2 hari untuk mengenang warga sipil dan militer yang menjadi korban serangan teroris tersebut.
"Saya salut dengan komitmen dan keberanian pasukan pertahanan dan keamanan kami di Arbinda," katanya melalui Twitter.
Dalam tweetnya pada Rabu, Kabore mengatakan menggunakan Natal sebagai hari mengajak kepada keluarga korban untuk bertakwa kepada Tuhan.
"Pada Hari Natal ini, marilah kita bertakwa dalam hati untuk keluarga yang berduka akibat serangan teroris terhadap negara kita dan marilah kita dalam persekutuan dengan tentara kita yang gagah berani bertempur dengan kepahlawanan untuk memastikan keamanan wilayah nasional," katanya. "Tuhan memberkati Burkina Faso," imbuhnya.
Juru bicara pemerintah dan Menteri Komunikasi Burkina Faso, Remis Dandjinou, mengkonfirmasi bahwa 31 dari 35 korban sipil yang tewas dalam serangan itu adalah perempuan.
Bulan lalu, penyerang tak dikenal menyerang konvoi karyawan perusahaan tambang emas Kanada di negara itu, menewaskan 37 orang dan melukai 60 lainnya. (Baca: Konvoi Pekerja Tambang Disergap di Burkina Faso, 37 Tewas )
Serangan itu terjadi di tengah gelombang kekerasan yang membuat ratusan ribu orang mengungsi selama beberapa bulan terakhir, memicu keadaan darurat kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, kata Badan Pengungsi PBB.
Menurut PBB, lebih dari 500 orang telah tewas dalam lebih dari 470 serangan tahun ini dan hampir 500 ribu orang telah mengungsi karena kekerasan.
Serangan terhadap pangkalan militer Arbinda yang terletak di provinsi Soum dilakukan pada Selasa pagi. Serangan tersebut berlangsung selama beberapa jam sebelum akhirnya para pelaku berhasil diusir oleh Angkatan Udara dan Angkata Bersenjata. Akibat baku tembak itu, tujuh tentara dan 80 teroris tewas.
"Sekelompok besar teroris serentak menyerang pangkalan militer dan penduduk sipil di Arbinda," kata militer dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari UPI, Rabu (25/12/2019).
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Presiden Burkin Faso, Roch Kabore, mengumumkan hari berkabung nasional selama 2 hari untuk mengenang warga sipil dan militer yang menjadi korban serangan teroris tersebut.
"Saya salut dengan komitmen dan keberanian pasukan pertahanan dan keamanan kami di Arbinda," katanya melalui Twitter.
Dalam tweetnya pada Rabu, Kabore mengatakan menggunakan Natal sebagai hari mengajak kepada keluarga korban untuk bertakwa kepada Tuhan.
"Pada Hari Natal ini, marilah kita bertakwa dalam hati untuk keluarga yang berduka akibat serangan teroris terhadap negara kita dan marilah kita dalam persekutuan dengan tentara kita yang gagah berani bertempur dengan kepahlawanan untuk memastikan keamanan wilayah nasional," katanya. "Tuhan memberkati Burkina Faso," imbuhnya.
Juru bicara pemerintah dan Menteri Komunikasi Burkina Faso, Remis Dandjinou, mengkonfirmasi bahwa 31 dari 35 korban sipil yang tewas dalam serangan itu adalah perempuan.
Bulan lalu, penyerang tak dikenal menyerang konvoi karyawan perusahaan tambang emas Kanada di negara itu, menewaskan 37 orang dan melukai 60 lainnya. (Baca: Konvoi Pekerja Tambang Disergap di Burkina Faso, 37 Tewas )
Serangan itu terjadi di tengah gelombang kekerasan yang membuat ratusan ribu orang mengungsi selama beberapa bulan terakhir, memicu keadaan darurat kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, kata Badan Pengungsi PBB.
Menurut PBB, lebih dari 500 orang telah tewas dalam lebih dari 470 serangan tahun ini dan hampir 500 ribu orang telah mengungsi karena kekerasan.
(ian)