Forum Ekonomi Dunia: Kesetaraan Gender di Indonesia Belum Merata
A
A
A
COLOGNY - Meski mengalami perkembangan cukup signifikan dibanding 10 tahun yang lalu, kesetaraan gender di Indonesia masih belum merata. Perempuan Tanah Air masih mengalami ketimpangan ekonomi, pendapatan, dan jabatan di parlemen dan kabinet.
Indonesia juga berada di belakang Mongolia, Thailand, Singapura, Australia, Laos, Filipina, dan Selandia Baru dalam Indeks Kesenjangan Gender di Asia Timur dan Pasifik yang dirilis Forum Ekonomi Dunia (WEF) belakangan ini. Namun, Indonesia masih berada di depan Vietnam, Kamboja, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
Di tataran global, Indonesia berada di posisi tengah, yakni posisi 85 dari 153 negara. Menurut WEF, kesetaraan gender di Indonesia sudah cukup bagus, terutama di bidang kepemimpinan, pendidikan, dan kesehatan. Kesenjangan gender terbesar di Indonesia banyak terjadi di bidang ekonomi, pendapatan, dan politik.
“Indonesia mengalami perkembangan yang baik,” ungkap WEF. “Hanya saja, partisipasi perempuan di pasar buruh masih rendah. Kaum perempuan juga memperoleh pendapatan yang lebih kecil dibanding laki-laki, yakni mencapai setengahnya. Partisipasi perempuan di parlemen dan kabinet juga rendah,” tambah WEF.
Kesetaraan gender di sini ialah kesempatan sama antara perempuan dan laki-laki dalam partisipasi ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan politik. Mayoritas perempuan di Indonesia masih terhambat dari segi hukum karena tidak memiliki aset bersih atas nama dirinya sendiri seperti rumah, tanah, atau perusahaan.
Secara global, WEF meramalkan kesetaraan gender kemungkinan besar tidak akan dapat tercapai sampai 100 tahun yang akan datang. Saat ini, Islandia masih menjadi negara dengan kesetaraan gender terbaik di dunia selama 11 tahun beruntun. Disusul negara Nordik lainnya seperti Norwegia, Finlandia dan Swedia.
“Laporan tahun ini menunjukkan pentingnya kita untuk mengambil tindakan,” ungkap WEF. “Dengan angka perkembangan seperti sekarang, kita memerlukan satu abad untuk dapat mencapai kesetaraan. Hal itu tidak dapat diterima, terutama di kalangan generasi muda yang kini lebih melek terhadap isu ini,” tambah WEF.
Sebanyak 35 negara telah mengalami perkembangan positif dalam mencapai kesetaraan gender di bidang pendidikan. Adapun sisanya diprediksi memerlukan waktu 12 tahun untuk mencapai prestasi yang sama. Kesehatan dan kemampuan bertahan hidup kaum perempuan juga meningkat, bahkan 99% di 48 negara.
Namun, beberapa bidang memerlukan waktu lebih panjang. Partisipasi perempuan di bidang ekonomi telah mengalami kemunduran. WEF menyatakan hanya sedikit negara yang mampu memberikan kesetaraan, sedangkan sisanya masih sangat timpang dan memerlukan waktu sekitar 257 tahun untuk mencapainya.
Kesetaraan gender di bidang politik juga masih rendah. Bahkan, tidak ada negara yang benar-benar mampu menyeimbangkan peran perempuan dan laki-laki, baik di parlemen, kongres, ataupun kepala pemerintahan. WEF memperkirakan kesetaraan gender di bidang politik tidak akan tercapai sampai tahun 2114.
Secara kawasan, Eropa Barat memiliki kesenjangan gender terendah. Disusul Amerika Utara, Amerika Latin, Karibia, Eropa Timur, dan Asia Tengah. Kawasan yang masih banyak mengalami ketimpangan ialah Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika. Menurut WEF, kemajuan peradaban bukanlah faktor yang paling menentukan.
Pernyataan WEF bukan tanpa alasan. Beberapa negara maju di Asia Pasifik tidak memiliki kesetaraan gender yang baik. China (106), Jepang (posisi 114), dan Korea Selatan (127) dinilai masih terikat oleh budaya dalam hal politik dan ekonomi, meski kesetaraan gender di bidang pendidikan di ketiga negara itu baik.
Indonesia juga berada di belakang Mongolia, Thailand, Singapura, Australia, Laos, Filipina, dan Selandia Baru dalam Indeks Kesenjangan Gender di Asia Timur dan Pasifik yang dirilis Forum Ekonomi Dunia (WEF) belakangan ini. Namun, Indonesia masih berada di depan Vietnam, Kamboja, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
Di tataran global, Indonesia berada di posisi tengah, yakni posisi 85 dari 153 negara. Menurut WEF, kesetaraan gender di Indonesia sudah cukup bagus, terutama di bidang kepemimpinan, pendidikan, dan kesehatan. Kesenjangan gender terbesar di Indonesia banyak terjadi di bidang ekonomi, pendapatan, dan politik.
“Indonesia mengalami perkembangan yang baik,” ungkap WEF. “Hanya saja, partisipasi perempuan di pasar buruh masih rendah. Kaum perempuan juga memperoleh pendapatan yang lebih kecil dibanding laki-laki, yakni mencapai setengahnya. Partisipasi perempuan di parlemen dan kabinet juga rendah,” tambah WEF.
Kesetaraan gender di sini ialah kesempatan sama antara perempuan dan laki-laki dalam partisipasi ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan politik. Mayoritas perempuan di Indonesia masih terhambat dari segi hukum karena tidak memiliki aset bersih atas nama dirinya sendiri seperti rumah, tanah, atau perusahaan.
Secara global, WEF meramalkan kesetaraan gender kemungkinan besar tidak akan dapat tercapai sampai 100 tahun yang akan datang. Saat ini, Islandia masih menjadi negara dengan kesetaraan gender terbaik di dunia selama 11 tahun beruntun. Disusul negara Nordik lainnya seperti Norwegia, Finlandia dan Swedia.
“Laporan tahun ini menunjukkan pentingnya kita untuk mengambil tindakan,” ungkap WEF. “Dengan angka perkembangan seperti sekarang, kita memerlukan satu abad untuk dapat mencapai kesetaraan. Hal itu tidak dapat diterima, terutama di kalangan generasi muda yang kini lebih melek terhadap isu ini,” tambah WEF.
Sebanyak 35 negara telah mengalami perkembangan positif dalam mencapai kesetaraan gender di bidang pendidikan. Adapun sisanya diprediksi memerlukan waktu 12 tahun untuk mencapai prestasi yang sama. Kesehatan dan kemampuan bertahan hidup kaum perempuan juga meningkat, bahkan 99% di 48 negara.
Namun, beberapa bidang memerlukan waktu lebih panjang. Partisipasi perempuan di bidang ekonomi telah mengalami kemunduran. WEF menyatakan hanya sedikit negara yang mampu memberikan kesetaraan, sedangkan sisanya masih sangat timpang dan memerlukan waktu sekitar 257 tahun untuk mencapainya.
Kesetaraan gender di bidang politik juga masih rendah. Bahkan, tidak ada negara yang benar-benar mampu menyeimbangkan peran perempuan dan laki-laki, baik di parlemen, kongres, ataupun kepala pemerintahan. WEF memperkirakan kesetaraan gender di bidang politik tidak akan tercapai sampai tahun 2114.
Secara kawasan, Eropa Barat memiliki kesenjangan gender terendah. Disusul Amerika Utara, Amerika Latin, Karibia, Eropa Timur, dan Asia Tengah. Kawasan yang masih banyak mengalami ketimpangan ialah Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika. Menurut WEF, kemajuan peradaban bukanlah faktor yang paling menentukan.
Pernyataan WEF bukan tanpa alasan. Beberapa negara maju di Asia Pasifik tidak memiliki kesetaraan gender yang baik. China (106), Jepang (posisi 114), dan Korea Selatan (127) dinilai masih terikat oleh budaya dalam hal politik dan ekonomi, meski kesetaraan gender di bidang pendidikan di ketiga negara itu baik.
(don)