Najib Sumpah di Masjid Tak Perintahkan Bunuh Model Cantik Altantuya
A
A
A
KUALA LUMPUR - Mantan perdana menteri (PM) Malaysia Najib Razak bersumpah di sebuah masjid yang penuh sesak bahwa dia tidak memerintahkan membunuh model cantik asal Mongolia, Altantuya Shaaribuu . Sumpah pada hari Jumat (20/12/2019) ini sebagai bantahan atas klaim mantan pengawalnya.
Altantuya ditembak mati dan tubuhnya diledakkan dengan bahan peledak kelas C4 militer tahun 2006. Pelaku pembunuhan sadis ini adalah dua mantan polisi yang merupakan pengawal Najib saat aktif sebagai wakil perdana menteri (DPM).
Kematian model itu dikaitkan dengan skandal dugaan suap dalam kesepakatan pembelian kapal selam Prancis tahun 2002, di mana Altantuya saat itu bekerja sebagai penerjemah.
Pada Selasa lalu, salah satu tersangka membuat pernyataan yang menghebohkan bahwa pembunuhan yang dia lakukan atas perintah Najib Razak. (Baca: Pembunuh Model Altantuya Bilang Perintah Membunuh dari Najib Razak )
Di depan kerumunan sekitar 1.000 orang yang bersorak-sorai, Najib bersumpah secara Islam di mana dia menyangkal bahwa dia memberi perintah untuk membunuh Altantuya. Dia mengepalkan tinjunya ke udara usai melafalkan sumpah.
"Saya berdiri dengan kebenaran, saya hanya takut pada Allah," kata Najib yang mengenakan busana Muslim dan bersama istrinya, seperti dikutip AFP.
Mantan PM Malaysia ini lengser tahun lalu dan telah diadili atas tuduhan korupsi terkait dengan skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Namun, dia masih mendapat dukungan besar di antara mayoritas Muslim di negara itu.
Pihak berwenang Malaysia membuka kembali penyelidikan atas pembunuhan Altantuya tahun lalu setelah Najib kehilangan kekuasaan.
Dua pengawal Nazjib dijatuhi hukuman gantung atas pembunuhan itu. Salah satu dari mereka, mantan perwira polisi Azilah Hadri, yang mengklaim bahwa Najib memerintahkannya agar "menembak untuk membunuh" Altantuya. Klaim Azilah dalam sebuah pernyataan itu merupakan bagian dari upaya banding dengan harapan terhindar dari hukuman gantung.
Tersangka kedua, Sirul Azhar Umar, melarikan diri ke Australia. Dia mengaku bersedia membantu penyelidikan baru tersebut, namun Canberra tidak mungkin mengekstradisi dirinya karena dia menghadapi hukuman mati.
Kekasih Altantuya, Abdul Razak Baginda, seorang pembantu dekat Najib, adalah tokoh sentral dalam skandal suap pembelian kapal selam Prancis dan dituduh mengatur pembayaran. Dia juga diadili atas kasus pembunuhan Altantuya, tetapi dibebaskan.
Altantuya ditembak mati dan tubuhnya diledakkan dengan bahan peledak kelas C4 militer tahun 2006. Pelaku pembunuhan sadis ini adalah dua mantan polisi yang merupakan pengawal Najib saat aktif sebagai wakil perdana menteri (DPM).
Kematian model itu dikaitkan dengan skandal dugaan suap dalam kesepakatan pembelian kapal selam Prancis tahun 2002, di mana Altantuya saat itu bekerja sebagai penerjemah.
Pada Selasa lalu, salah satu tersangka membuat pernyataan yang menghebohkan bahwa pembunuhan yang dia lakukan atas perintah Najib Razak. (Baca: Pembunuh Model Altantuya Bilang Perintah Membunuh dari Najib Razak )
Di depan kerumunan sekitar 1.000 orang yang bersorak-sorai, Najib bersumpah secara Islam di mana dia menyangkal bahwa dia memberi perintah untuk membunuh Altantuya. Dia mengepalkan tinjunya ke udara usai melafalkan sumpah.
"Saya berdiri dengan kebenaran, saya hanya takut pada Allah," kata Najib yang mengenakan busana Muslim dan bersama istrinya, seperti dikutip AFP.
Mantan PM Malaysia ini lengser tahun lalu dan telah diadili atas tuduhan korupsi terkait dengan skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Namun, dia masih mendapat dukungan besar di antara mayoritas Muslim di negara itu.
Pihak berwenang Malaysia membuka kembali penyelidikan atas pembunuhan Altantuya tahun lalu setelah Najib kehilangan kekuasaan.
Dua pengawal Nazjib dijatuhi hukuman gantung atas pembunuhan itu. Salah satu dari mereka, mantan perwira polisi Azilah Hadri, yang mengklaim bahwa Najib memerintahkannya agar "menembak untuk membunuh" Altantuya. Klaim Azilah dalam sebuah pernyataan itu merupakan bagian dari upaya banding dengan harapan terhindar dari hukuman gantung.
Tersangka kedua, Sirul Azhar Umar, melarikan diri ke Australia. Dia mengaku bersedia membantu penyelidikan baru tersebut, namun Canberra tidak mungkin mengekstradisi dirinya karena dia menghadapi hukuman mati.
Kekasih Altantuya, Abdul Razak Baginda, seorang pembantu dekat Najib, adalah tokoh sentral dalam skandal suap pembelian kapal selam Prancis dan dituduh mengatur pembayaran. Dia juga diadili atas kasus pembunuhan Altantuya, tetapi dibebaskan.
(mas)