Meaza Ashenafi, Hakim Mahkamah Agung Wanita Pertama di Ethiopia
A
A
A
ADDIS ABABA - Meaza Ashenafi, namanya memang tidak santer terdengar, tapi dia adalah hakim Mahkamah Agung Federal wanita pertama Ethiopia. Dia bertekad mengembalikan kepercayaan publik pada sistem peradilan negaranya.
Diangkat oleh Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed pada November 2018, Meaza ditugaskan mereformasi seluruh sistem peradilan negaranya.
"Saya selalu percaya bahwa mempromosikan keadilan adalah tugas saya. Saya memutuskan mengambil posisi ini untuk mengembalikan kepercayaan publik pada peradilan," kata Meaza, seperti dilansir Al Jazeera.
"Saya tahu ini akan menjadi tugas yang sulit. Ada banyak harapan dari peradilan. Sejarah peradilan (di Ethiopia) tidak indah dan orang-orang berharap ini diperbaiki dan mereka ingin perubahan itu tidak besok, mereka menginginkannya hari ini," sambungnya.
Meaza sendiri adalah seorang perempuran yang tumbuh di Asosa, di selatan Addis Ababa, di masa anak perempuan tidak didorong untuk pergi ke sekolah. Tetapi Meaza bersikeras bahwa dia akan mendapatkan pendidikan, dan seperti yang diingat ibunya yang berusia 84 tahun, dia selalu berbeda.
Ibunya mengatakan, Meaza menolak melakukan pekerjaan rumah dan pergi ke pasar dengan gadis-gadis lain dan ketika kakak laki-lakinya dijemput di sekolah, Meaza selalu ingin ikut.
"Saya selalu menjadi pejuang. Saya tidak pernah dihentikan oleh tantangan," ucap pertemuan yang merupakan pengacara pembela hak-hak perempuan itu.
Pada tahun 1997, Meaza dan Asosiasi Pengacara Wanita Ethiopia datang untuk membela membela seorang gadis desa berusia 14 tahun yang diculik dalam upaya untuk memaksanya menikah, sebuah kebiasaan yang berakar dalam di Ethiopia yang dikenal sebagai 'telefa'.
"Itu adalah kasus yang menantang budaya. Gadis itu diculik dan dia membunuh penculiknya. Ini adalah pertama kalinya seorang wanita yang diculik menentang pelanggaran hak-haknya. Dan itu adalah pertama kalinya seseorang membawa kasus seperti itu ke pengadilan dan mempertahankannya," ungkapnya.
Kasus ini mengubah undang-undang penculikan pernikahan di negara itu.
Saat ini, Meaza merasa Ethiopia siap untuk berkembang pesat dengan gelombang kebijakan progresif baru dan keluar dari dekade kediktatoran dan konflik.
"Ethiopia saya beragam. Ethiopia saya adalah simbol kemerdekaan bagi Afrika. Ethiopia saya adalah tempat tantangan tetapi juga aspirasi. Ethiopia saya adalah tempat harapan. Ethiopia saya adalah tempat wanita pekerja keras dan cantik. Ethiopia saya adalah masa depan," tukasnya.
Diangkat oleh Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed pada November 2018, Meaza ditugaskan mereformasi seluruh sistem peradilan negaranya.
"Saya selalu percaya bahwa mempromosikan keadilan adalah tugas saya. Saya memutuskan mengambil posisi ini untuk mengembalikan kepercayaan publik pada peradilan," kata Meaza, seperti dilansir Al Jazeera.
"Saya tahu ini akan menjadi tugas yang sulit. Ada banyak harapan dari peradilan. Sejarah peradilan (di Ethiopia) tidak indah dan orang-orang berharap ini diperbaiki dan mereka ingin perubahan itu tidak besok, mereka menginginkannya hari ini," sambungnya.
Meaza sendiri adalah seorang perempuran yang tumbuh di Asosa, di selatan Addis Ababa, di masa anak perempuan tidak didorong untuk pergi ke sekolah. Tetapi Meaza bersikeras bahwa dia akan mendapatkan pendidikan, dan seperti yang diingat ibunya yang berusia 84 tahun, dia selalu berbeda.
Ibunya mengatakan, Meaza menolak melakukan pekerjaan rumah dan pergi ke pasar dengan gadis-gadis lain dan ketika kakak laki-lakinya dijemput di sekolah, Meaza selalu ingin ikut.
"Saya selalu menjadi pejuang. Saya tidak pernah dihentikan oleh tantangan," ucap pertemuan yang merupakan pengacara pembela hak-hak perempuan itu.
Pada tahun 1997, Meaza dan Asosiasi Pengacara Wanita Ethiopia datang untuk membela membela seorang gadis desa berusia 14 tahun yang diculik dalam upaya untuk memaksanya menikah, sebuah kebiasaan yang berakar dalam di Ethiopia yang dikenal sebagai 'telefa'.
"Itu adalah kasus yang menantang budaya. Gadis itu diculik dan dia membunuh penculiknya. Ini adalah pertama kalinya seorang wanita yang diculik menentang pelanggaran hak-haknya. Dan itu adalah pertama kalinya seseorang membawa kasus seperti itu ke pengadilan dan mempertahankannya," ungkapnya.
Kasus ini mengubah undang-undang penculikan pernikahan di negara itu.
Saat ini, Meaza merasa Ethiopia siap untuk berkembang pesat dengan gelombang kebijakan progresif baru dan keluar dari dekade kediktatoran dan konflik.
"Ethiopia saya beragam. Ethiopia saya adalah simbol kemerdekaan bagi Afrika. Ethiopia saya adalah tempat tantangan tetapi juga aspirasi. Ethiopia saya adalah tempat harapan. Ethiopia saya adalah tempat wanita pekerja keras dan cantik. Ethiopia saya adalah masa depan," tukasnya.
(sfn)