AS Pulangkan Migran Honduras Pertama ke Negara Asal
A
A
A
GUATEMALA CITY - Erwin Ardon menjadi migran Honduras pertama yang dikirim kembali ke Amerika Tengah oleh kebijakan baru pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Jumat (22/11) waktu lokal.
Hilang sudah harapan Ardon, 23, untuk berkumpul keluarganya yang kini tinggal di AS. Setelah perjalanan sulit ke utara, Ardon yang pernah bekerja sebagai petani di pantai utara Honduras itu menghabiskan waktu tiga hari di kota perbatasan AS, El Paso, Texas.
Dia kemudian terbang ke Guatemala, salah satu negara yang sudah dia lalui saat perjalanan mencapai Texas. Kini Guatemala oleh kebijakan baru AS dianggap sebagai negara ketiga aman untuk para pencari suaka itu.
Kesepakatan baru memungkinkan petugas imigrasi AS memaksa para migran pencari suaka di perbatasan AS-Meksiko untuk terlebih dulu mengajukan suaka di negara-negara yang telah mereka lalui. Berbagai organisasi bantuan imigran mendesak agar aturan baru itu dicabut namun Mahkamah Agung (MA) AS mengizinkan kebijakan itu tetap berlaku.
Ardon berbicara pada Reuters di dalam mobil dari penampungan migran di ibu kota Guatemala menuju kota asalnya di Colon, Honduras. Colon merupakan wilayah berbahaya yang penuh kartel narkoba. Dia tidak mau mengajukan suaka di Guatemala dan memilih kembali ke Honduras.
"Ini sulit karena saya telah berada di dalam wilayah AS dan kemudian mereka memulangkan saya," katanya dengan suara lirih. Meski demikian dia mengaku tidak takut.
Dia menjelaskan, "Mereka mengatakan sekarang mereka tidak memberi suaka, jadi tidak masuk akal bagi saya untuk tetap di sana. Jadi saya harus menandatangani kertas yang saya tidak paham."
Saat tiba di AS, dia berharap keluarganya akan menemuinya. "Seharusnya mereka datang menjemput saya. Saya menunggu lebih dari dua jam. Mereka tak pernah menjemput saya," ujar dia.
Ardon tiba pada Jumat (22/11) siang di pusat migran di Omoa, dekat perbatasan Guatemala. Dari sana, dia dibawa kembali ke negara asalnya.
Hilang sudah harapan Ardon, 23, untuk berkumpul keluarganya yang kini tinggal di AS. Setelah perjalanan sulit ke utara, Ardon yang pernah bekerja sebagai petani di pantai utara Honduras itu menghabiskan waktu tiga hari di kota perbatasan AS, El Paso, Texas.
Dia kemudian terbang ke Guatemala, salah satu negara yang sudah dia lalui saat perjalanan mencapai Texas. Kini Guatemala oleh kebijakan baru AS dianggap sebagai negara ketiga aman untuk para pencari suaka itu.
Kesepakatan baru memungkinkan petugas imigrasi AS memaksa para migran pencari suaka di perbatasan AS-Meksiko untuk terlebih dulu mengajukan suaka di negara-negara yang telah mereka lalui. Berbagai organisasi bantuan imigran mendesak agar aturan baru itu dicabut namun Mahkamah Agung (MA) AS mengizinkan kebijakan itu tetap berlaku.
Ardon berbicara pada Reuters di dalam mobil dari penampungan migran di ibu kota Guatemala menuju kota asalnya di Colon, Honduras. Colon merupakan wilayah berbahaya yang penuh kartel narkoba. Dia tidak mau mengajukan suaka di Guatemala dan memilih kembali ke Honduras.
"Ini sulit karena saya telah berada di dalam wilayah AS dan kemudian mereka memulangkan saya," katanya dengan suara lirih. Meski demikian dia mengaku tidak takut.
Dia menjelaskan, "Mereka mengatakan sekarang mereka tidak memberi suaka, jadi tidak masuk akal bagi saya untuk tetap di sana. Jadi saya harus menandatangani kertas yang saya tidak paham."
Saat tiba di AS, dia berharap keluarganya akan menemuinya. "Seharusnya mereka datang menjemput saya. Saya menunggu lebih dari dua jam. Mereka tak pernah menjemput saya," ujar dia.
Ardon tiba pada Jumat (22/11) siang di pusat migran di Omoa, dekat perbatasan Guatemala. Dari sana, dia dibawa kembali ke negara asalnya.
(sfn)