Turki Siap Aktifkan Sistem Rudal Canggih S-400 Rusia
A
A
A
ANKARA - Turki siap mengaktifkan sistem pertahanan rudal S-400 yang dibeli dari Rusia sesuai jadwalnya. Senjata pertahanan canggih itu diaktifkan ketika para personel militer Ankara merampungkan pelatihan mereka.
Menteri Pertahanan Hulusi Akar mengatakan proses pelatihan pengoperasian sistem pertahanan rudal tersebut sedang berlangsung. "Setelah proses ini selesai, kami akan melakukan kegiatan yang direncanakan (pada S-400)," kata Akar dalam rapat dengan komite perencanaan dan anggaran parlemen Turki pada hari Kamis.
Akuisisi Turki atas sistem pertahanan udara S-400 Rusia mendorong Washington untuk menyingkirkan Ankara dari program konsorsium bersama jet tempur siluman F-35 pada bulan Juli.
Amerika Serikat (AS) berkeyakinan bahwa sistem senjata Rusia tersebut dapat digunakan oleh Moskow untuk secara diam-diam mendapatkan perincian rahasia pada jet tempur F-35 dan tidak kompatibel dengan sistem NATO.
Namun, Turki menegaskan bahwa S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO, atau menimbulkan ancaman bagi aliansi.
Menjawab pertanyaan tentang pasukan Suriah yang didukung Turki yang memerangi milisi Kurdi (YPG/PKK) di Suriah utara, Akar mengatakan Tentara Nasional Suriah (SNA) bukan bagian dari kelompok apa pun, tetapi orang-orang yang setia dan bekerja untuk negara mereka.
"Sebagai hasil dari operasi kami, khayalan pembentukan koridor teror, negara teror (di Suriah utara) diakhiri," katanya, seperti dikutip Anadolu, Jumat (22/11/2019).
Turki pada 9 Oktober meluncurkan Operation Peace Spring untuk menumpas milisi YPG/PKK di Suriah utara. Kelompok milisi Kurdi itu dianggap Ankara sebagai kelompok teroris.
Ankara mencapai dua kesepakatan terpisah dengan Washington dan Moskow bulan lalu. Salah satu poin kesepakatan itu adalah Turki setuju untuk menghentikan operasinya di Suriah utara untuk memungkinkan milisi YPG/PKK untuk menarik diri dari zona aman yang direncanakan, tempat Turki ingin memulangkan jutaan pengungsi Suriah yang saat ini ditampung Ankara.
Menteri Pertahanan Hulusi Akar mengatakan proses pelatihan pengoperasian sistem pertahanan rudal tersebut sedang berlangsung. "Setelah proses ini selesai, kami akan melakukan kegiatan yang direncanakan (pada S-400)," kata Akar dalam rapat dengan komite perencanaan dan anggaran parlemen Turki pada hari Kamis.
Akuisisi Turki atas sistem pertahanan udara S-400 Rusia mendorong Washington untuk menyingkirkan Ankara dari program konsorsium bersama jet tempur siluman F-35 pada bulan Juli.
Amerika Serikat (AS) berkeyakinan bahwa sistem senjata Rusia tersebut dapat digunakan oleh Moskow untuk secara diam-diam mendapatkan perincian rahasia pada jet tempur F-35 dan tidak kompatibel dengan sistem NATO.
Namun, Turki menegaskan bahwa S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO, atau menimbulkan ancaman bagi aliansi.
Menjawab pertanyaan tentang pasukan Suriah yang didukung Turki yang memerangi milisi Kurdi (YPG/PKK) di Suriah utara, Akar mengatakan Tentara Nasional Suriah (SNA) bukan bagian dari kelompok apa pun, tetapi orang-orang yang setia dan bekerja untuk negara mereka.
"Sebagai hasil dari operasi kami, khayalan pembentukan koridor teror, negara teror (di Suriah utara) diakhiri," katanya, seperti dikutip Anadolu, Jumat (22/11/2019).
Turki pada 9 Oktober meluncurkan Operation Peace Spring untuk menumpas milisi YPG/PKK di Suriah utara. Kelompok milisi Kurdi itu dianggap Ankara sebagai kelompok teroris.
Ankara mencapai dua kesepakatan terpisah dengan Washington dan Moskow bulan lalu. Salah satu poin kesepakatan itu adalah Turki setuju untuk menghentikan operasinya di Suriah utara untuk memungkinkan milisi YPG/PKK untuk menarik diri dari zona aman yang direncanakan, tempat Turki ingin memulangkan jutaan pengungsi Suriah yang saat ini ditampung Ankara.
(mas)