Menhan Lebanon Sebut Negaranya Dalam Situasi Berbahaya
A
A
A
BEIRUT - Menteri Pertahanan Lebanon, Elias Bou Saab mengatakan, negaranya dalam situasi yang sangat berbahaya. Dia membandingkan aksi demonstrasi yang berujung kerusuhan dalam beberapa hari terakhir dengan dimulainya perang saudara 1975 hingga 1990.
"Ketegangan di jalan dan penutupan jalan telah mengingatkan kita pada perang saudara, apa yang terjadi pada tahun 1975 dan situasi ini sangat berbahaya," kata Bou Saab dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Kamis (14/11/2019).
Bou Saab mengatakan, gerakan demokrasi para demonstran tidak bisa disalahkan, dan para demonstran memiliki hak untuk menyampaikan protes dan juga dilindungi. Namun, dia menyebut bahwa tentara dan dinas keamanan tidak dapat mentolelir setiap aksi kekerasan.
Sementara itu, sebelumnya Presiden Lebanon, Michel Aoun menyatakan Lebanon menghadapi bencana jika para demonstran tidak pulang ke rumah. Pernyataan itu memicu gelombang baru unjuk rasa hingga seorang demonstran tewas ditembak setelah bentrok dengan tentara di dekat Beirut.
Penembakan di Khaldeh, selatan Beirut itu yang pertama kali terjadi dalam hampir empat pekan protes mengecam elit politik Lebanon. Kejadian ini semakin meningkatkan ketegangan di negara yang telah mengalami krisis politik dan ekonomi itu.
Pria yang tewas itu adalah anggota partai politik yang dipimpin tokoh Druze, Walid Jumblatt, lawan perang sipil Aoun. Jumblatt meminta para pendukungnya tetap tenang saat mengunjungi rumah sakit tempat pria itu dibawa.
"Tentara melepas tembakan untuk membubarkan demonstran yang memblokir jalan di Khaldeh, melukai satu orang. Tentara itu telah ditahan dan insiden itu dalam investigasi," ungkap pernyataan militer Lebanon.
"Ketegangan di jalan dan penutupan jalan telah mengingatkan kita pada perang saudara, apa yang terjadi pada tahun 1975 dan situasi ini sangat berbahaya," kata Bou Saab dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Kamis (14/11/2019).
Bou Saab mengatakan, gerakan demokrasi para demonstran tidak bisa disalahkan, dan para demonstran memiliki hak untuk menyampaikan protes dan juga dilindungi. Namun, dia menyebut bahwa tentara dan dinas keamanan tidak dapat mentolelir setiap aksi kekerasan.
Sementara itu, sebelumnya Presiden Lebanon, Michel Aoun menyatakan Lebanon menghadapi bencana jika para demonstran tidak pulang ke rumah. Pernyataan itu memicu gelombang baru unjuk rasa hingga seorang demonstran tewas ditembak setelah bentrok dengan tentara di dekat Beirut.
Penembakan di Khaldeh, selatan Beirut itu yang pertama kali terjadi dalam hampir empat pekan protes mengecam elit politik Lebanon. Kejadian ini semakin meningkatkan ketegangan di negara yang telah mengalami krisis politik dan ekonomi itu.
Pria yang tewas itu adalah anggota partai politik yang dipimpin tokoh Druze, Walid Jumblatt, lawan perang sipil Aoun. Jumblatt meminta para pendukungnya tetap tenang saat mengunjungi rumah sakit tempat pria itu dibawa.
"Tentara melepas tembakan untuk membubarkan demonstran yang memblokir jalan di Khaldeh, melukai satu orang. Tentara itu telah ditahan dan insiden itu dalam investigasi," ungkap pernyataan militer Lebanon.
(esn)