India Desak Rusia Percepat Pengiriman Sistem Rudal S-400
A
A
A
MOSKOW - Pemerintah India dilaporkan telah mendesak Rusia untuk mempercepat pengiriman sistem pertahanan rudal S-400 yang dibeli New Delhi. Laporan ini muncul menjelang pertemuan menteri pertahanan kedua negara bersama lebih dari 50 pengusaha di Moskow, Rabu (6/11/2019).
Pertemuan antara Menteri Pertahanan India Rajnath Singh—membawa delegasi puluhan penguasaha—bersama Menteri Pertahanan Rusia Jenderal Sergei Shoigu membahas semua bidang kerja sama militer dan militer-teknis bilateral.
Mengutip Times of India, forum itu merupakan pertemuan Komisi Antar-Pemerintah India-Rusia ke-19 dan menjelang forum itulah desakan agar Moskow mempercepat pengiriman sistem rudal surface-to-air (darat-ke-udara) Triumf S-400 muncul.
Skuadron S-400 pada awalnya dijadwalkan dikirim mulai Oktober 2020 hingga April 2023. Tetapi, beberapa sumber yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan kepada media India tersebut bahwa angsuran pertama 15 persen telah tertunda beberapa bulan karena masalah pembayaran.
Meskipun Moskow telah berkomitmen untuk mematuhi jadwal pengiriman yang telah disepakati sebelumnya, masalah ini akan menjadi agenda utama selama pertemuan hari Rabu. Sumber-sumber itu juga menyatakan bahwa kesepakatan senilai USD5,43 miliar yang diteken pada Oktober 2018 itu terkait dengan pengiriman lima skuadron S-400.
S-400 Triumf adalah sistem pertahanan rudal darat-ke-udara yang dapat mendeteksi, melacak, dan menghancurkan jet tempur, pesawat pembom strategis, rudal, dan drone pada jarak 380 kilometer.
Menteri Pertahanan India, Shri Rajnath Singh, dijadwalkan akan mengunjungi fasilitas produksi S-400 di kota Rusia Saint Petersburg pada hari Kamis (7/11/2019).
India dan Rusia telah menyusun mekanisme pembayaran untuk sistem rudal tersebut guna menghindari sanksi Amerika Serikat (AS) yang tidak berpihak pada New Delhi.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar mengatakan bahwa dia cukup yakin Amerika Serikat akan memahami keputusan New Delhi untuk membeli peralatan pertahanan canggih, termasuk sistem pertahanan rudal S-400, dari Rusia.
Departemen Luar Negeri AS telah memperingatkan bahwa Washington dapat menjatuhkan sanksi kepada negara mana pun yang membeli senjata pertahanan Rusia di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi atau CAATSA 2017. Namun, India dan Rusia telah menemukan mekanisme pembayaran permanen, yang mereka yakini bisa untuk menghindari kemungkinan sanksi AS.
Kedua negara juga diperkirakan akan membahas proyek "Project75 (I)" yang bernilai sekitar USD6,5 miliar di mana New Delhi berusaha mengakuisisi setidaknya enam kapal selam untuk Angkatan Laut India, termasuk satu kapal selam tempur bertenaga nuklir Akula-1 senilai lebih dari USD3 miliar.
Selain Rosoboronexport Rusia, Thyssenkrupp Marine Systems dari Jerman, dan Naval Group dari Prancis bersaing untuk memenangkan tender kapal selam yang didambakan India.
Rusia juga menawarkan untuk bersama-sama merancang kapal selam "Kelas D" untuk Angkatan Laut India. Kesepakatan yang diusulkan akan dibahas oleh Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan mereka di kota Vladivostok pada bulan September tahun ini.
Dalam hal peningkatan kemampuan Angkatan Udara India (IAF), New Delhi berusaha untuk mendapatkan versi yang lebih canggih dari jet tempur Sukhoi 30MKI.
Bulan lalu, Kepala IAF Marshal R.K. Bhadauria mengatakan bahwa Sukhoi yang di-upgrade akan dilengkapi dengan "kemampuan radar dan senjata" modern. "Jet-jet tempur juga akan memiliki fitur yang ditingkatkan untuk mengatasi manajemen usang dan aspek peperangan elektronik," katanya.
Pertemuan antara Menteri Pertahanan India Rajnath Singh—membawa delegasi puluhan penguasaha—bersama Menteri Pertahanan Rusia Jenderal Sergei Shoigu membahas semua bidang kerja sama militer dan militer-teknis bilateral.
Mengutip Times of India, forum itu merupakan pertemuan Komisi Antar-Pemerintah India-Rusia ke-19 dan menjelang forum itulah desakan agar Moskow mempercepat pengiriman sistem rudal surface-to-air (darat-ke-udara) Triumf S-400 muncul.
Skuadron S-400 pada awalnya dijadwalkan dikirim mulai Oktober 2020 hingga April 2023. Tetapi, beberapa sumber yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan kepada media India tersebut bahwa angsuran pertama 15 persen telah tertunda beberapa bulan karena masalah pembayaran.
Meskipun Moskow telah berkomitmen untuk mematuhi jadwal pengiriman yang telah disepakati sebelumnya, masalah ini akan menjadi agenda utama selama pertemuan hari Rabu. Sumber-sumber itu juga menyatakan bahwa kesepakatan senilai USD5,43 miliar yang diteken pada Oktober 2018 itu terkait dengan pengiriman lima skuadron S-400.
S-400 Triumf adalah sistem pertahanan rudal darat-ke-udara yang dapat mendeteksi, melacak, dan menghancurkan jet tempur, pesawat pembom strategis, rudal, dan drone pada jarak 380 kilometer.
Menteri Pertahanan India, Shri Rajnath Singh, dijadwalkan akan mengunjungi fasilitas produksi S-400 di kota Rusia Saint Petersburg pada hari Kamis (7/11/2019).
India dan Rusia telah menyusun mekanisme pembayaran untuk sistem rudal tersebut guna menghindari sanksi Amerika Serikat (AS) yang tidak berpihak pada New Delhi.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar mengatakan bahwa dia cukup yakin Amerika Serikat akan memahami keputusan New Delhi untuk membeli peralatan pertahanan canggih, termasuk sistem pertahanan rudal S-400, dari Rusia.
Departemen Luar Negeri AS telah memperingatkan bahwa Washington dapat menjatuhkan sanksi kepada negara mana pun yang membeli senjata pertahanan Rusia di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi atau CAATSA 2017. Namun, India dan Rusia telah menemukan mekanisme pembayaran permanen, yang mereka yakini bisa untuk menghindari kemungkinan sanksi AS.
Kedua negara juga diperkirakan akan membahas proyek "Project75 (I)" yang bernilai sekitar USD6,5 miliar di mana New Delhi berusaha mengakuisisi setidaknya enam kapal selam untuk Angkatan Laut India, termasuk satu kapal selam tempur bertenaga nuklir Akula-1 senilai lebih dari USD3 miliar.
Selain Rosoboronexport Rusia, Thyssenkrupp Marine Systems dari Jerman, dan Naval Group dari Prancis bersaing untuk memenangkan tender kapal selam yang didambakan India.
Rusia juga menawarkan untuk bersama-sama merancang kapal selam "Kelas D" untuk Angkatan Laut India. Kesepakatan yang diusulkan akan dibahas oleh Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan mereka di kota Vladivostok pada bulan September tahun ini.
Dalam hal peningkatan kemampuan Angkatan Udara India (IAF), New Delhi berusaha untuk mendapatkan versi yang lebih canggih dari jet tempur Sukhoi 30MKI.
Bulan lalu, Kepala IAF Marshal R.K. Bhadauria mengatakan bahwa Sukhoi yang di-upgrade akan dilengkapi dengan "kemampuan radar dan senjata" modern. "Jet-jet tempur juga akan memiliki fitur yang ditingkatkan untuk mengatasi manajemen usang dan aspek peperangan elektronik," katanya.
(mas)