Lagi, AS Bombardir Pangkalan Militernya Sendiri di Suriah
A
A
A
AL QULAIB - Pesawat jet tempur Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) kembali membombardir pangkalan militernya sendiri di Suriah timur laut. Media pemerintah Suriah pada Minggu (20/10/2019) melaporkan, basis militer yang dihancurkan kali ini adalah pangkalan Al-Qulaib, di dekat kota Tell Tamer, provinsi Hasakah.
Sebelumnya, pada 16 Oktober lalu dua jet tempur F-15 Angkatan Udara AS membombardir pangkalan militernya sendiri di sekitar Pabrik Semen Lafarge di dekat Kobane, Suriah. Target yang dibom adalah bungker tempat penyimpanan amunisi. (Baca: Jet Tempur F-15 AS Bombardir Pangkalan Militernya Sendiri di Suriah )
"Pada 16 Oktober, setelah semua personel Koalisi (yang dipimpin AS) dan peralatan taktis penting bergegas, dua F-15Es berhasil melakukan serangan udara presisi yang telah direncanakan sebelumnya di Pabrik Semen Lafarge untuk menghancurkan amunisi, dan mengurangi kegunaan militer fasilitas itu," kata juru biacara Koalisi Internasional Anti-ISIS pimpinan AS, Kolonel Myles Caggins, kepada CNN saat itu.
Belum ada penjelasan resmi dari Pentagon tentang aksi terbaru militer AS dalam menghancurkan pangkalan militernya sendiri di Suriah timur laut. Namun, langkah ini diduga kuat untuk mencegah peralatan militernya jatuh ke pasukan atau kelompok bersenjata lain karena tak sempat diangkut ketika harus tergesa-gesa meninggalkan wilayah Suriah.
Menurut laporan kantor berita negara Suriah, SANA, yang dilansir Sputniknews, Senin (21/10/2019), pangkalan Al-Qulaib memiliki landasan pacu yang digunakan untuk menerima kiriman kargo militer dan helikopter.
Pasukan Washington memang tergesa-gesa ditarik dari Suriah timur laut dan dipindahkan ke Irak di tengah invasi Turki di wilayah tersebut untuk memerangi pasukan Kurdi. Penarikan pasukan Washington itu atas perintah Presiden Donald Trump dalam pengumumannya seminggu lalu.
Selama invasinya, pasukan Turki nyaris menembaki tentara Amerika yang memicu Pentagon melayangkan protes terhadap militer Ankara.
Kendati demikian, tidak semua pangkalan militer AS di Suriah dikosongkan dengan tergesa-gesa, dan beberapa tentara AS terindikasi menggunakan fakta ini untuk "mengirim salam" mereka kepada pasukan lain yang mengambil alih pangkalan, yang biasanya adalah tentara Rusia.
Terlepas dari kritik, baik di dalam maupun dari luar negeri, Presiden AS Donald Trump telah membela keputusannya untuk menarik pasukan Amerika dari Suriah timur laut. Menurut Trump, AS seharusnya tidak terlibat dalam konflik Timur Tengah.
Menteri Pertahanan Mark Esper pada hari Minggu mengklarifikasi bahwa pasukan Amerika yang meninggalkan Suriah timur laut akan ditugaskan kembali ke Irak. Mereka akan bertugas mencegah kebangkitan kelompok Islamic State atau ISIS.
Sebelumnya, pada 16 Oktober lalu dua jet tempur F-15 Angkatan Udara AS membombardir pangkalan militernya sendiri di sekitar Pabrik Semen Lafarge di dekat Kobane, Suriah. Target yang dibom adalah bungker tempat penyimpanan amunisi. (Baca: Jet Tempur F-15 AS Bombardir Pangkalan Militernya Sendiri di Suriah )
"Pada 16 Oktober, setelah semua personel Koalisi (yang dipimpin AS) dan peralatan taktis penting bergegas, dua F-15Es berhasil melakukan serangan udara presisi yang telah direncanakan sebelumnya di Pabrik Semen Lafarge untuk menghancurkan amunisi, dan mengurangi kegunaan militer fasilitas itu," kata juru biacara Koalisi Internasional Anti-ISIS pimpinan AS, Kolonel Myles Caggins, kepada CNN saat itu.
Belum ada penjelasan resmi dari Pentagon tentang aksi terbaru militer AS dalam menghancurkan pangkalan militernya sendiri di Suriah timur laut. Namun, langkah ini diduga kuat untuk mencegah peralatan militernya jatuh ke pasukan atau kelompok bersenjata lain karena tak sempat diangkut ketika harus tergesa-gesa meninggalkan wilayah Suriah.
Menurut laporan kantor berita negara Suriah, SANA, yang dilansir Sputniknews, Senin (21/10/2019), pangkalan Al-Qulaib memiliki landasan pacu yang digunakan untuk menerima kiriman kargo militer dan helikopter.
Pasukan Washington memang tergesa-gesa ditarik dari Suriah timur laut dan dipindahkan ke Irak di tengah invasi Turki di wilayah tersebut untuk memerangi pasukan Kurdi. Penarikan pasukan Washington itu atas perintah Presiden Donald Trump dalam pengumumannya seminggu lalu.
Selama invasinya, pasukan Turki nyaris menembaki tentara Amerika yang memicu Pentagon melayangkan protes terhadap militer Ankara.
Kendati demikian, tidak semua pangkalan militer AS di Suriah dikosongkan dengan tergesa-gesa, dan beberapa tentara AS terindikasi menggunakan fakta ini untuk "mengirim salam" mereka kepada pasukan lain yang mengambil alih pangkalan, yang biasanya adalah tentara Rusia.
Terlepas dari kritik, baik di dalam maupun dari luar negeri, Presiden AS Donald Trump telah membela keputusannya untuk menarik pasukan Amerika dari Suriah timur laut. Menurut Trump, AS seharusnya tidak terlibat dalam konflik Timur Tengah.
Menteri Pertahanan Mark Esper pada hari Minggu mengklarifikasi bahwa pasukan Amerika yang meninggalkan Suriah timur laut akan ditugaskan kembali ke Irak. Mereka akan bertugas mencegah kebangkitan kelompok Islamic State atau ISIS.
(mas)