Lebanon Memasuki Hari Ketiga Kerusuhan, Kekacauan Meluas
A
A
A
BEIRUT - Lebanon memasuki hari ketiga unjuk rasa pada Sabtu (19/10) setelah unjuk rasa anti-pemerintah berubah menjadi aksi kerusuhan di jalanan Beirut. Pengunjuk rasa mengecam krisis ekonomi yang terjadi di penjuru negeri.
Sejumlah demonstran tampak berkumpul di pusat Beirut agar unjuk rasa terus berlangsung setiap hari. Sejumlah kantor cabang bank dan kios-kios di pusat perdagangan Beirut masih tampak terbakar akibat kerusuhan malam sebelumnya. Kerusuhan tampaknya terus meluas karena publik belum melihat langkah nyata pemerintah mengatasi krisis ekonomi.
Perdana Menteri (PM) Lebanon Saad al-Hariri memberi waktu pada koalisi pemerintahannya selama 72 jam untuk menyepakati reformasi yang akan mengatasi krisis ekonomi. Dia juga mengisyaratkan siap mundur jika situasi semakin tak terkendali.
Kerusuhan terbaru pecah akibat kemarahan publik pada naiknya biaya hidup dan rencana pajak baru, termasuk biaya panggilan WhatsApp. Kebijakan itu segera dicabut setelah unjuk rasa terbesar dalam beberapa dekade itu pecah.
Dalam pidatonya, Pemimpin Hezbollah Sayyed Hassan Nasrallah tidak ingin pemerintahan bubar. Dia menjelaskan, negara tidak memiliki cukup waktu untuk mengatasi krisis keuangan yang akut. "Setiap orang harus bertanggung jawab daripada menghabiskan waktu menangani popularitas politik dan membiarkan nasib negara tidak jelas," papar Nasrallah.
Nasrallah memperingatkan Lebanon dapat mengalami keruntuhan keuangan. "Semua dari kita harus memiliki tanggung jawab pada situasi sekarang yang ada di Lebanon. Setiap orang harus terlibat mencari solusi," ujar Nasrallah.
Sejumlah demonstran tampak berkumpul di pusat Beirut agar unjuk rasa terus berlangsung setiap hari. Sejumlah kantor cabang bank dan kios-kios di pusat perdagangan Beirut masih tampak terbakar akibat kerusuhan malam sebelumnya. Kerusuhan tampaknya terus meluas karena publik belum melihat langkah nyata pemerintah mengatasi krisis ekonomi.
Perdana Menteri (PM) Lebanon Saad al-Hariri memberi waktu pada koalisi pemerintahannya selama 72 jam untuk menyepakati reformasi yang akan mengatasi krisis ekonomi. Dia juga mengisyaratkan siap mundur jika situasi semakin tak terkendali.
Kerusuhan terbaru pecah akibat kemarahan publik pada naiknya biaya hidup dan rencana pajak baru, termasuk biaya panggilan WhatsApp. Kebijakan itu segera dicabut setelah unjuk rasa terbesar dalam beberapa dekade itu pecah.
Dalam pidatonya, Pemimpin Hezbollah Sayyed Hassan Nasrallah tidak ingin pemerintahan bubar. Dia menjelaskan, negara tidak memiliki cukup waktu untuk mengatasi krisis keuangan yang akut. "Setiap orang harus bertanggung jawab daripada menghabiskan waktu menangani popularitas politik dan membiarkan nasib negara tidak jelas," papar Nasrallah.
Nasrallah memperingatkan Lebanon dapat mengalami keruntuhan keuangan. "Semua dari kita harus memiliki tanggung jawab pada situasi sekarang yang ada di Lebanon. Setiap orang harus terlibat mencari solusi," ujar Nasrallah.
(sfn)